Mohon tunggu...
Nabil bilanur
Nabil bilanur Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Uin Malang ( PBA)

hidup sekali hiduplah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku Ilmu, Filsafat, dan Agama

17 Februari 2020   22:03 Diperbarui: 17 Februari 2020   21:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PENERBIT : PT. Dunia Pustaka Jaya

               Percaya adalah sikap membenarkan sesuatu atau menganggap sesuatu itu benar atau sesuatu diakui benar. Untuk kepercayaan dalam filsafat adalah bahwa filsafat itu tidak termasuk ilmu otonom. Setiap filsuf membutuhkan suatu pangkal pikiran atau titik berangkat ada yang memilih arus hidup dan yang memilih eksistensi. Jika sudah sampai sini maka kita akan memahami, kita sudah berada digerbang yang suatu bentuk dan corak kepercayaan, yang kita kenal sebagai: agama!

Fungsi dari kepercayaan adalah yang menjadi inti sari dan jiwa suatu kebudayaan pada suatu tempat dan masa itu tidaklah lain daripada pikiran-pikiran ahli pikir bangsa itu pada tempat dan masa itu.

Berbicara tentang kepercayaan dan filsuf bahwa suatu dasar hidup suatu bangsa akan tahan lama hanya apabila disertai wahyu ilahi, yakni ajaran wahyu illahi, yakni ajaran yang berisi betul dengan fitrah manusia yaitu bertanya.

BAB IX : AGAMA SEBAGAI KEBENARAN

                Agama dapat diibaratkan seperti gedung perpustakaan yang besar. Anak kunci pembuka gedung tersebut adalah Iman. Perngertian iman dibedakan menjadi dua: 1) Iman sebagai institusi, yatiu iman merupakan bagian pokok daripada agama itu sendiri . 2) Sikap jiwa, iman sebagai pembuka kunci tersebut adalah sikap jiwa ini. Iman adalah yang paling pertama dan utama dalam agama. Agama berurusan dengan manusia dan kemanusiaan seutuhnya. Manusia terbangun dari jasmani dan rohani. Agama berurusan juga denagn akal pikiran yang berperan mengokohkan iman manusia. Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, Kita bertanya kepada Dia, sumber sebuah kebenaran. Hikmah merupakan barang hak milik orang beriman. Kita tidak dapat hidup dengan benar hanya dengan kebenaran kebenaran pengetahuan, ilmu dan filsafat, tanpa kebenaran agama. Kita tidak dapat hidup dengan wajar semata mata hanya kebenaran agama. Yang penting adalah mendudukkan masalah tepat pada tempatnya.

BAB X : IMAN, AKAL BUDI, DAN HATI

                Akal budi adalah satu potensi dalam rohani manusia yang berkesanggupan untuk mengerti sedikit secara teoretis realita kosmis yang mengelilinginya ia sendiri juga termasuk, dan untuk secara praktis mengubah dan mempengaruhinya.Kant berpendapat bahwa logika tak dapat membawa keyakinan tentang adanya Tuhan dan oleh karena itu ia pergi kepada perasaan. Perasaan inilah yang dapat membuktikan dengan sejelas jelasnya bahwa Tuhan itu pasti ada.  Menurut Dr. J. Verkuyl , rasio manusia itu cenderung sekali melewati batas- batas kesanggupannya dan menjadi tinggi hati serta mengabdi kepada semu dan dusta. Dengan menggunakan rasionya manusia itu bagaikan dewa dan dewi menyusun sendiri suatu gambaran daripada Allah yang bercorak segala rupa, bahkan dapat pula terjadi manusia itu menggunakan rasionya untuk membuktikan bahwa Allah itu ada atau bahwa ia tidak ada atau bahwa Allah itu tidak dapat dikenal. Padahal, Allah itu bukanlah suatu objek pengenalan seperti tiap tiap benda yang ada. Satu satunya yang dapat mengenal Allah ialah Allah. Dan satu satunya kemungkinan untuk mengenal Allah ialah pernyataan diri Allah. Pernyataan itulah satu satunya sumber pengetahuan kita tentang Allah.

                 Filsuf dan ahli ilmu pengetahuan alam menyimpulkan bahwa tiap tiap benda adalah jumlah sifat sifatnya belaka dan karena sifat itu hanya ada dalam batin saja , maka keseluruhan alam hanya ada sebagai suatu susunan yang dibangun oleh kesadaran.

                Mohammad Hatta mengemukakan bahwa ilmu adalah soal pengetahuan, dan agama adalah soal kepercayaan. Ilmu bermula dengan sikap tidak percaya, dan agama bermula dengan percaya. Percaya adalah pangkal dan tujuan pengabdian daripada agama.

BAB XI : ALBERT EISNTEIN TENTANG AGAMA DAN AKAL

                Albert eistein mengemukakan bahwa tugas mulia ahli fisika adalah menemukan hukum hukum dasar yang universal, daripada hukum hokum tersebut. Hanya intuisi yang berdasarkan pengertian yang simpatik mengenai pengalaman sejarah yang dapat mencapai hukum hukum tersebut.  Emosi yang paling indah dan yang paling mendalam yang dapat kita alami adalah kesadaran akan perkara perkara yang sifatnya spiritual (mistis). Kesadaran itu merupakan kekuatan segala ilmu pengetahuan yang sejati. Kita telah belajar dari pengalaman yang pahit, bahwa pikiran rasional tidaklah cukup untuk memecah masalah masalah kehidupan social kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun