Berbicara soal kuliah, setiap mahasiswa pasti memiliki struggle-nya masing-masing. Beda jurusan, beda rintangan yang dihadapi. Beda kegiatan yang diikuti, beda lagi pengalaman yang dimiliki. Tapi di balik semua perbedaan itu, terdapat satu kesamaan yang pasti dirasakan setiap mahasiswa, yaitu ketika mahasiswa sudah mengemban titel "mahasiswa tingkat akhir".Â
Seorang manusia yang sudah tidak lagi sibuk masuk kelas, kecuali jika ada kelas perbaikan, tapi yang pasti fokusnya ke satu tujuan utama, yaitu lulus. Untuk lulus menjadi seorang sarjana, mahasiswa harus menyelesaikan tugas akhir atau yang biasa dikenal juga dengan skripsi.Â
Cara pengerjaan skripsi tiap mahasiswa berbeda-beda, balik lagi, tergantung jurusan. Pun satu jurusan yang sama, bisa jadi menggunakan metode yang berbeda.Â
Contoh konkritnya, saya mahasiswa tingkat akhir jurusan Psikologi di UIN Jakarta. Berbeda dengan mahasiswa sarjana Psikologi pada umumnya yang diperbolehkan menggunakan metode kualitatif, pengerjaan skripsi di jurusan kami mewajibkan setiap mahasiswanya untuk menggunakan metode kuantitatif dengan syarat jumlah variabel tertentu.
Rintangan pertama yang harus dilalui dalam mengerjakan tugas akhir ialah pemilihan judul, topik spesifik yang ingin diangkat sebagai penelitian.Â
Oh, iya, mungkin tulisan ini akan lebih perspektif bagi mahasiswa Psikologi atau jurusan sosial lainnya, tapi tentu tidak menutup kemungkinan untuk jadi pembelajaran untuk yang lainnya.Â
Kembali pada topik tugas akhir, proses menentukan judul menuntut mahasiswa untuk banyak membaca dan peka terhadap lingkungan sekitar.Â
Saya pribadi sudah dua kali mengajukan judul kepada dosen pembimbing dan memilih judul yang lainnya lagi pada H-1 bulan seminar proposal.Â
Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan matang-matang atas judul yang dipilih karena judul inilah yang akan menemani kalian sampai lulus nanti.Â
Artinya, selain dari pertimbangan akademis, pertimbangkan juga tingkat kejenuhan yang mungkin akan kalian rasakan. Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua orang suka membaca, terlebih lagi jurnal ilmiah. Apalagi kalau jurnalnya berbahasa Inggris. Saya banyak mendengar teman saya mengeluhkan hal ini.Â