Terkadang, mengetahui niat baik seseorang atau kebaikannya saja tidak cukup. Entah dimana letak kesalahannya?
Dan terkadang, menerima nasib yang diluar kendali atau rencana itu tidak semudah itu menjalaninya. Entah dimana letak kekeliruannya?
Saya kah yang terlalu egois?
Atau mungkin terlalu idealis?
Apa yang saya harapkan?
Atau, siapa dan seperti apa yang saya inginkan?
Dan, membiarkan seseorang melakukan sesuatu di hidup kita terkadang juga tidak mudah. Ketika terbiasa untuk sendiri dan melakukan apa apa sendiri, atau yah mandiri, tiba tiba ada orang yang ingin berbagi? Lantas harus merespon apa?
Kita tau itu baik, namun masih ada keganjilan hanya karena soal selera? Receh sekali. Tidak ada yang sempurna, bahkan dalam diri manusia yang sudah diciptakan dalam wujud yang sebaik baiknya ini. Lalu kenapa menunggu atau mencari yang sempurna?Â
Bukankah manusia sempurna itu ngga ada? Sampai kapan hendak mencari atau menemukan yang betulan cocok? Atau memahami? Ngga ada. Bahkan diri sendiri saja terkadang sulit menerima dan memahami diri sendiri. Lalu kenapa mengharapkan orang lain yang mau memahami diri kita? Bukankah semuanya berdasarkan perspektif saja? Perspektif kita dengan orang lain jelas berbeda.Â
Apa yang sanggup kita pahami dengan parameter A, belum tentu orang lain bisa memahami sama persis bahkan dengan parameter yang sama sekalipun. Sejauh apa orang lain menilai dan memahami diri kita, hanya sejauh pada apa yang menjadi persepsinya sendiri. Jika kacamata nya saja berbeda, bagaimana mungkin yang dilihat dan dipahami akan sama?Â