Mohon tunggu...
Nabila
Nabila Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UNS

Currently study in psychology UNS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Proses Penanaman Nilai dalam Keluarga Jawa

10 Oktober 2022   12:00 Diperbarui: 10 Oktober 2022   12:00 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Keluarga. (Source: Pinterest/freepik)


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. 

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. 

Terkadang culture juga diterjemahkan sebagai ‘kultur’ dalam bahasa Indonesia. Budaya akan diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. 

Membahas budaya memang tidak akan terlepas dari suatu masyarakat. Tak terkecuali bagi masyarakat jawa yang dikenal lekat dengan tradisi serta budayanya. 

Menurut Koentjaraningrat (1985), masyarakat atau suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar di Indonesia dan jumlahnya mencapai lebih dari separuh warga negara Indonesia. 

Masyarakat Jawa memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat di daerah lainnya seperti masyarakat Minang, Batak, Sunda, dan lain-lainnya. Budaya Jawa menyimpan suatu karakter yang menjadi ciri khas masyarakatnya. 

Masyarakat jawa dikenal dengan masyarakat yang berperilaku rukun dan juga saling menghormati satu sama lain. Niels Mulder (1986) mengartikan kata “rukun” sebagai keadaan selaras, tenang dan tentram tanpa perselisihan dan pertentangan, bersatu dalam maksud untuk saling membantu. 

Selain rukun dan saling menghormati, kultur masyarakat Jawa memiliki aturan main yang mengandung norma dan etika. Norma serta etika tersebut akan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya melalui proses pembudayaan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat secara terus menerus dengan berbagai cara. 

Pola pengasuhan anak sangat ditentukan oleh peran keluarga sebagai agen sosialisasi pertama bagi perkembangan kepribadian anak. Keluarga merupakan tempat berlindung yang memberikan rasa aman, serta menanamkan keakraban dan rasa hormat (Magnis-Suseno, 2003). 

Selain itu, keluarga Jawa juga mengembangkan rasa belas kasihan, kebaikan hati, kemurahan hati, kemampuan untuk ikut merasakan kegelisahan orang lain, rasa tanggung jawab sosial, dan keprihatinan terhadap sesama. 

Menurut Geertz (1983) pola asuh orang tua Jawa adalah proses interaksi orang tua dengan anak yang berkelanjutan dengan tujuan membentuk “seorang Jawa” yang ideal, biasanya disebut dengan istilah dadi wong. 

Diantara proses pengasuhan dalam keluarga jawa terdapat tujuh nilai-nilai yang menjadi tujuan pengasuhan jawa yakni hormat, rukun, kendali perilaku, nrimo (sikap menerima), disiplin, jujur dan tresno (cinta) (Etikawati dkk, 2019). 

Dalam memahami praktik penanaman nilai-nilai budaya Jawa yang diterapkan dalam keluarga Jawa, penulis melakukan wawancara singkat dengan salah satu narasumber yang dibesarkan dalam keluarga jawa. 

Dari wawancara yang telah dilakukan penulis didapatkan suatu kesimpulan bahwa pada prosesnya, penanaman nilai yang diturunkan oleh orangtua subjek merupakan hasil dari didikan yang juga dilakukan oleh orang tua terdahulu yang pada akhirnya diteruskan ke anak cucu mereka. 

Hal ini sejalan dengan teori dari Herskovits yang memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. 

Secara lebih rinci penulis mendapatkan informasi bahwa pada penanaman nilai yang pertama yakni hormat, dilakukan orangtua subjek dengan cara pemberian nasehat serta mengajarkan kepada subjek untuk menunjukkan rasa hormat pada siapapun yang ditemuinya baik yang muda maupun yang tua. 

Hal ini juga diterapkan melalui sikap tubuh membungkuk ataupun “merendah” kepada orang yang lebih tua. Lalu penanaman nilai yang kedua yakni rukun, cara yang digunakan adalah dengan memberikan nasehat untuk saling menjaga hubungan baik dengan sesama serta memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Selanjutnya penanaman nilai yang ketiga yakni kendali perilaku. 

Dalam hal ini orang tua berperan untuk menjadi contoh bagi anak-anaknya seperti bertutur kata yang baik, berlaku lemah lembut, dan lainnya. Penanaman nilai yang keempat yakni nrimo atau sikap menerima dilakukan orangtua dengan cara memberikan nasehat-nasehat berupa kebersyukuran. 

Selanjutnya penanaman nilai yang kelima yakni disiplin dilakukan dengan membiasakan anak untuk tertib waktu seperti halnya tertib dalam mengerjakan tugas, tertib dalam memanagement waktu, dll. 

Lalu penanaman nilai yang keenam dan ketujuh yakni jujur dan tresno (cinta) dilakukan dengan penanaman sikap saling percaya kepada orang lain serta menunjukkan rasa kasih sayang. 

Pada akhirnya, proses penanaman nilai jawa yang dilakukan oleh keluarga jawa nantinya akan berguna dalam pembentukan karakter anak sehingga dapat menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi nusa dan bangsa serta dapat membentuk pribadi “seorang jawa” yang ideal di masyarakat. 


REFERENSI

Etikawati, A. I., Siregar, J. R., Jatnika, R., & Widjaja, H. (2019). Pengembangan Instrumen Pengasuhan Berbasis Nilai Budaya Jawa. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 12(3), 208-222.

Geertz, H. (1983). Keluarga Jawa. Penerjemah Hersri. Jakarta: Grafiti Pers.

Magnis-Suseno, F. (1993). Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Mulder, N. 1986. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prof. Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.








Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun