Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertemananku Berada di Ujung Canggung

24 Mei 2021   19:03 Diperbarui: 24 Mei 2021   20:31 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
about friendship|buzzle.com

Hai.. akhirnya aku kembali setelah beberapa waktu menghilang dengan alasan 'laptopku tidak baik-baik saja'. Mumpung ada cerita, jadi aku memutuskan untuk membuka laptop 'baru' ini dan menarik nafas dalam-dalam untuk menceritakan sesuatu.

Semakin bertambah usiaku dan seiring berjalannya waktu, aku mengalami beberapa perubahan yang sangat signifikan. Mungkin ini saatnya kalimat 'siap tidak siap kamu harus siap' berlaku untukku. Cepat atau lambat perubahan itu akan semakin terlihat. meski berat, aku yakin akan berlangsung cepat sih, karena sekarang aku sudah terbiasa.

Awal mula aku merasa ada yang berbeda adalah soal pertemanan. Pernah gak sih kalian merasa menganggap seseorang itu sebagai teman yang paling dekat, paling oke banget untuk diajak bertukar pikiran dan memiliki feedback sehingga kita menganggap seolah dia se-frekuensi dengan kita?

Aku pernah menganggap seseorang menjadi teman yang sangat dekat denganku. Aku merasa seolah-olah dia se-frekuensi denganku karena dia juga nyambung. Kami pernah berada di satu SMA yang sama, tetapi baru akrab ketika kuliah karena se-jurusan. Kebetulan rumah kami juga dekat, jadi apa yang kita saling butuhkan, kita selalu ada satu sama lain.

Setelah lulus pun, kami sering kontak hingga saat ini sebenarnya. Tetapi aku merasa ada yang mulai aneh dari dirinya. Aku merasa dia seolah-olah mulai membatasi dan menjaga jarak denganku tanpa aku tahu alasan yang sebenarnya. Selama itu perasaanku juga mulai mengingatkan untuk lebih baik tidak mempersulit diri.

Aku pernah melakukan kesalahan yang benar-benar tidak ku sengaja. Aku tidak sengaja memergoki salah satu rahasianya dan aku sudah berusaha jujur padanya sekaligus meminta maaf bahwa apa yang ku lakukan memang tidak sengaja. Pada saat kejadian itu pun dia juga biasa saja, santai. Tetapi tidak tahu kenapa, aku rasa semakin kesini dia makin canggung denganku.

Hal yang paling membuatku sangat merasa bahwa ia begitu berbeda denganku adalah soal ngajak main. Jadi aku dan dia masih dalam satu geng baru-baru ini.  Dalam geng itu ada empat cewek dan tiga cowok. Katakanlah teman cewek ini adalah aku si A, dia si B, cewek C dan D. Dia berencana ingin mengunjungi ke rumah si D dengan mengajak si C tanpa mengajak aku. Benar-benar sama sekali. Kami berempat sangat akrab, tetapi entah apa yang dipikirkannya.

Aku agak sedikit terkejut dengan dia, mengapa dia berubah sampai seperti itu? Padahal jika dipikir-pikir lagi hubungan kami juga bukan pertemanan ala-ala yang berusia satu atau dua bulan. Pertemanan kami berjalan bertahun-tahun lamanya. Tetapi sejak dia memutuskan untuk menjaga jarak sampai dia mengabaikanku seperti itu, baiklah aku juga akan berusaha melakukan hal yang sama.

Sebelum-sebelumnya pun aku juga berusaha menghubungi dia duluan tetapi pada saat itu aku juga merasa jawabannya semakin cuek. Aku pikir pada saat itu dia memang lagi sibuk sehingga dia membalas se-singkatnya saja. Tetapi ketika soal ngajak main itu, aku jadi makin menyimpulkan bahwa niat dia memang menjauhiku. Terbukti hingga sekarang jawabannya cuek sekali bahkan kali terakhir,chattku hanya di deliv, belum terbaca.

Katakanlah aku sekarang sedang kehilangan salah satu hubungan pertemanan. Dia memutuskan untuk menjaga jarak maka aku akan berlaku demikian. Lebih baik mengalah dan kepentingan harga diri. Segala yang aku upayakan ternyata tidak mampu membuat dia makin baik-baik saja denganku. justru jarak itu semakin terlihat.

Ini bukan kali pertama aku merasa kehilangan pertemanan. Ada yang lebih sakit daripada ini. Nanti aku akan bercerita di lain waktu. Maka, ketika aku dihadapkan pada kondisi yang kurang lebih sama seperti ini, aku mampu melewatinya. Hanya saja sempat beberapa kali kepikiran. 'apa ya alasan dia tidak mengajakku?' . tidak mungkin dia lupa, mungkin dia pura-pura lupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun