Mohon tunggu...
Maulana Ghozali
Maulana Ghozali Mohon Tunggu... lainnya -

Diam itu belajar memahami. || My Blog: https://pemilu-cerdas.blogspot.com/ ||

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Lebih Asyik Berbicara SARA daripada Program?

15 Maret 2017   06:28 Diperbarui: 15 Maret 2017   16:00 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tidak bisa dipungkiri. Persepakbolaan sangat diminati oleh kaum pria, begitu juga dengan keramaian perpolitikan Pilgub DKI 2017. Rasanya semakin menarik berbicara politik Jakarta Ibukota negara Indonesia yang semakin terus berkembang. Senior atau guru saya pernah bilang jangan lupakan politik! Biarlah mereka yang benci politik, mungkin mereka sedang tidak kebagian kue. Istilah gampangnya lagi tidak bisa bertanding bola padahal mereka maniak bola. Pertandingan yang sangat bergengsi itulah perpolitikan. Sehingga mereka merasa ternyinyir tidak kebagian pertandingan. Sehingga mereka merasa politik itu menjengkelkan. 

Secara tidak langsung politiklah yang telah mengatur pernapasan kita. Tegang, gembira, atau kecewa sama seperti bola. Yang main dan nonton ada rasa frustasi dan percaya bisa memenangkan pertandingan. Sempritan pluit akhir pertandingan pilgub DKI masih belum terdengar. Waktu masih terus berjalan. Ada perpanjangan waktu yaitu putaran kedua ketika sudah sama-sama imbang. Kali ini pilgub DKI 2017 Anies-Sandy. 

Merasa menarik sekali ketika siapa yang bisa bermain secara apik dialah yang akan jadi pemenangan. Siapa yang bermain curang akan disemprit KPU. Penontonpun akan bergemuruh jika ada kecurangan dan bersorak untuk mereka yang bisa bermain secara sempurna dan indah. Segala trik dribel/menggiring bola coba dipermainkan untuk memasukan bola ke gawang lawan. Mereka saling incar letak kelemahan lawan. Mereka tidak boleh bermain curang meski wasit tidak tahu. Akan tetapi penonton yang pintar dan cerdas lah yang bersuara dan memutuskan. 

Bola-bola liar yang harus bisa dikendalikan dan dikontrol. Anies-Sandy kali ini lagi sedang asyik bermain bola. Survei Politicawave terbilang sangat jitu membaca pikiran penonton bahwa Anies-Sandy bermain secara apik. Daripada dua lawannya yaitu Ahok dan Agus. Kali ini mereka tahu siapa-siapa yang bermain curang. Mereka para penonton yaitu warga DKI tidak ingin dipimpin oleh orang yang asal berbicara, beremosi yang secara berlebihan. Terlebih lagi Anies berani menyajikan permainan yang sangat disukai penonton lawan. 

Anies memakai tiga strategi, pertama menepis isu yang dilempar oleh lawan yaitu Ahok. Kedua Anies juga bisa menggoreng isu yanh dilempar Ahok. Ketiga strategi melawan Ahok dengan gaya profesional yang coba diangkat dengan beradu program dengan Ahok. Bisa saja Anies tidak sempat untuk bermain curang mungkin karena sering dicurangi. Sayangnya isu yang terus gencar adalah isu SARA daripada program Jakarta diluar debat pilgub DKI. Ini permainan yang sangat menarik sekali karena Anies mampu bertahan dan menyerang secara bersamaan.

Tapi ingat pertandingan masih belum selesai. Bermainlah terus secara apik meski para bandar dan mafia masih terus bergentayangan di balik penonton dan wasit.

Strategi isu yang terus dikonter mengenai surat Al-Maidah, penolakan sholat jenazah, terus sampai kasus korupsi yang menimpa Anies. Anies terus hadapi tanpa penghindaran. Ingat Anies ini mantan rektor, mantan menteri yang juga memiliki prestasi yang sangat baik. Latar belakang keilmuan dan profesionalitas birokrasi Anies dalam pemerintahan cukup baik. Saya yakin para pembaca bisa mengolek lebih dalam para calon pilgub DKI.

Hal seperti ini yang jarang diangkat media. Hal yang seperti ini yang dilupakan para timses yang kurang bergerak secara profesional. Penonton warga DKI adalah pemilih cerdas jangan mau terprovokasi para profokator pilgub DKI. Anies bergerak secara perlahan satu langkah lebih maju daripada Ahok yang terus masih berkutat di ranah isu SARA.

Sampai-sampai Ahok menyerang ketua tertinggi MUI dan Rais Aam PBNU. Ma'ruf Amien bukanlah orang yang sembarangan karena beliau tokoh masyarakat organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ini suatu kemunduran buat Ahok bahwa Ahok ini sedang menerima kartu kuning. Ditambah lagi Anies bermain cerdik lebih dulu mendatangi ketua Tanfidziah PBNU KH. Said Aqil Siradj. Perhitungan yang sangat matang mengenai perpolitikan dikalangan kelas elit yang mempunyai massa banyak dibawah. Mungkin saja Ahok akan kehilangan langkah strategi jikalau tidak berani berbuat secara banting setir. Ditambah lagi kasus hukum yang terus dijalani Ahok masih terus berlanjut. 

Sekali lagi masyarakat pun sadar dan para pembaca pun mengerti mana calon pemimpin yang benar-benar baik diantara yang terbaik. Masyarakat bisa berjalan sendiri untuk tidak golput atau putus asa untuk memperjuangkan kebenaran.Coba cari tahu lebih dalam track record para calon pemimpin dan program-program terbaik. Selain itu pasti cobalah cari pemimpin yang berperilaku sopan dan berkeperibadian santun. Tidak gampang marah, tidak ceplas ceplos berbicara, disukai oleh orang yang dibawahnya dan disukai oleh yang dipimpinnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun