Pernah menyatakan cinta pada seseorang tapi ditolak? Atau pernah ingin bergabung suatu komunitas atau pergaulan tertentu tapi tidak diterima dengan alasan kamu tidak bisa ini, tidak bisa itu. Tidak keren, karena tidak begini, tidak begitu, bla bla bla? Sama, saya juga pernah.
Atau kamu sedang ngopi santai, tiba tiba ada yang teriak, " hey my neighbors, fu*k you!" Hemm,ok! yang ini kesannya  saya ngarang, tapi pasti kamu pernah mengalami sedang tidak ngapa - ngapain, tidak mengganggu atau menyinggung orang lain, tiba tiba saja dibenci. Ya sama, saya juga pernah.  Dan karena beberapa kesamaan itu, maka bisakah kita hidup bersama, nona? Ohh bukan begitu, baiklah! Maafkan!! Mari simak bersama curhat kita kali ini. Â
Satu hal yang perlu diketahui adalah ketika kamu berbohong kepada orang lain akibatnya mungkin hanya satu, yaitu kamu tidak akan dipercaya lagi jika kebohongan terbongkar. Tapi berbohong kepada diri sendiri, selain orang lain tidak lagi percaya karena ketahuan yang kamu lakukan hanyalah kebohongan dan pencitraan, juga kamu akan menelan kesakitan yang sangat amat.
Saya pernah melakukan keduanya, juga mengalami masing - masing akibat dari keduanya. Untuk yang pertama, tidak terlalu saya sesali karena toh bisa saya perbaiki. Satu orang tidak percaya, maka saya masih bisa bangun kepercayaan dengan orang lain dengan tekad tidak berbohong lagi. Tapi untuk yang kedua, ahh ini sesuatu yang sangat sulit.
Bertahun - tahun lamanya saya terjebak di dalamnya : dalam upaya untuk membuat orang lain tidak benci dan membuat dia atau mereka yang saya suka, balik menyukai saya.
Berbagai cara pun dilakukan, seperti bagaimana caranya agar tampil menarik, bagaimana cara berbicara agar disukai, posisi tubuh ideal yang disenangi saat berhadapan atau bicara dengan orang lain. Mencari kata - kata yang yang sekiranya tidak menyinggung dan lain sebagainya. Semua ini saya lakukan agar saya bisa disukai dan kalau sudah disukai, pasti tidak dibenci. Hasilnya? Sia - sia. Tidak ada yang suka, yang membenci malah semakin banyak.
Disitu saya menyesal karena tidak bisa menjadi diri sendiri dalam kemarahan, dalam kesenangan, dalam bersosialisasi dan dalam berbagai hal, saya telah mencitrakan semuanya dan membuat kebohongan - kebohongan kecil hanya agar bisa diterima, disukai dan tidak dibenci. Tapi toh tetap dibenci juga, tetap ditolak juga dalam satu pergaulan dan dalam upaya menjalin suatu hubungan dengan orang lain.
Lalu akhirnya saya bertanya kepada diri sendir : apa yang salah dengan saya? Kenapa orang yang saya suka tidak balik menyukai saya ? Kenapa orang tetap membenci bahkan ketika yang saya lakukan tidak pernah melanggar atau menyakiti barang seorangpun? Kenapa suatu pergaulan atau komunitas menolak hanya karena alasan yang menurut saya tidak masuk akal?
Setelah lelah bertanya ke diri sendiri dan tidak mendapatkan jawaban pasti, maka saya teringat pada  kata Pramoedya A.  Toer dalam Bumi Manusia, bahwa "suka tak kurang puji, benci tak kurang cela".
Ketika orang itu memang suka dengan kita, jangankan pencitraan dan kebohongan - kebohongan yang kita lakukan. Bau kentut dengan aroma yang khas dan otentik, yang sesekali kita keluarkan pada saat yang tidak diinginkan semua orang itu pun, pasti akan dipuji. Tapi sebaliknya, jika orang sudah benci dengan kita, bahkan kursi tempat dimana kita pernah duduk akan dicaci maki habis - habisan.