Mohon tunggu...
Hety A. Nurcahyarini
Hety A. Nurcahyarini Mohon Tunggu... Relawan - www.kompasiana.com/mynameishety

NGO officer who loves weekend and vegetables

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belanja, Sebuah Balada

7 Mei 2021   22:57 Diperbarui: 7 Mei 2021   23:05 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

// Tulisan ajang refleksi penulis yang sedang galau barang apa yang akhirnya mau dikeluarkan dari daftar 'check out'. Menimbang-menimbang. Akhirnya, diputuskan untuk menulis, mencoba mengobrol dengan dirinya sendiri. Belum ada keputusan final apa yang hendak dibelinya. Ini kebutuhan, hiburan karena nggak mudik ke kampung halaman, atau self-reward setahun lebih bisa bertahan work from home? //

Siapa yang enggak suka belanja? Aktivitas ekonomi ini memang menyenangkan bagi (hampir) semua orang untuk dilakukan. Ya, mungkin ada beberapa yang sudah 'taubat' dan tidak suka belanja kecuali untuk hal-hal pokok, misal belanja beras untuk dimakan bukan sekadar belanja baju baru untuk lebaran. Tapi buat mayoritas lainnya, kegiatan belanja masih jadi opsi yang harus dilakukan.

Salah satu momen yang 'mandatory' bagi sebagian orang buat belanja adalah saat Lebaran. Mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, Lebaran selalu jadi momen khusus bersama keluarga, di mana semua harus disiapkan. Ya baju (baru), ya alat ibadah (baru), ya kue-kue, ya makanan-makanan, dan sebagainya. Jadi ya, belanja!

Kalau sudah begitu, pasar, swalayan, toko, supermarket, mall pasti ramai sejak awal sampai penghujung puasa. Semua sudah sibuk sendiri, memilih yang terbaik untuk dibeli. Penjualnya pun enggak ketinggalan. Berbagai promo, diskon, model terbaru, semua diupayakan untuk mendapat keuntungan. 

Pandemi Covid-19 nampaknya bukan halangan, ya. Walau ada kebijakan pembatasan wilayah dan kerumunan, secara virtual juga enggak kalah meriah. Selain e-commerce, media sosial juga jadi lapak bertemunya pembeli dan penjual. Hampir semua kebutuhan ada, dijual. Hal ini menguatkan laporan Continuum Data Indonesia yang mengatakan bahwa tren belanja online masyarakat Indonesia meningkat tiga kali lipat di awal Ramadan 2021 (1 -  25 April 2021).*

Kadang enggak habis pikir juga. Yang katanya, pandemi, krisis, industri gulung tikar, neraca perdagangan minus, ternyata, di level mikro masih ada daya beli dari masyarakat. Bahkan enggak lebaran pun. Tengok saja, saat bulan dan tanggal kembar di kalender, e-commerce pasti sudah sibuk membuat promo untuk tiap bulannya. Dan, enggak main-main lho, Januari - Desember, semua ada.

Di sisi ini, bagian yang saya suka adalah ajakan untuk membeli barang dagangan teman serta melarisi toko, kios, dan warung tetangga. Ini menjadi salah satu strategi gotong royong untuk saling membantu di kala krisis. Ya, siapa tahu karena kehilangan pekerjaan, ada orang yang akhirnya berwirausaha, mencoba menjual sesuatu. Atau di saat ada yang omset jualannya menurun, bisa berbagi rezeki untuk membeli barang dagangannya. Dengan begitu, uang dan penghidupan masih bisa berputar. 

Terlepas dari semua itu, ada juga yang berbelanja menjadi sebuah aktivitas pemborosan karena sebenarnya tidak terlalu butuh barang-barang tersebut. Momen Lebaran, misalnya, tidak perlu membeli baju baru, karena masih ada persediaan baju-baju lain yang masih bisa dipakai. Sehingga, kenapa membeli? Seorang aktivis pro-lingkungan bahkan menyuarakan kegiatan berbelanja baju baru saat Lebaran karena sarat menghasilkan sampah, misal dari label baju, plastik, dan sebagainya. Memakai baju-baju lain yang masih tersedia dianggap sebagai pilihan yang lebih bijak. 

Bagaimana dengan kamu? 

Tercatat, ini bukan lebaran saat pandemi pertama yang dialami rakyat Indonesia. Sudah kedua kalinya. Larangan mudik juga sudah dua kali dikeluarkan pemerintah. Bagi sebagian orang, kegiatan belanja virtual (online shopping) bisa jadi hiburan saat bosan di rumah aja. Tapi sepertinya, dengan kondisi yang masih belum pasti dan ancaman resesi, kegiatan belanja bisa dipertimbangkan kembali. Sekadar memuaskan ego atau benar-benar butuh sekaligus ingin menolong orang.


* Sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun