Mohon tunggu...
muzemmil
muzemmil Mohon Tunggu... Pemula

Seorang manusia biasa tanpa bakat apapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinamika "Koboi" di Panggung Fiskal : Menakar Risiko dan Peluang Gaya Komunikasi Menteri Keuangan Baru

2 Oktober 2025   21:43 Diperbarui: 2 Oktober 2025   21:42 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengangkatan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) baru Indonesia telah menggeser barometer komunikasi fiskal di panggung nasional. Kontras dari pendahulunya yang dikenal dengan gaya yang sangat hati-hati dan terstruktur, Purbaya memperkenalkan apa yang oleh para pakar disebut sebagai "dynamic style" sebuah pendekatan yang lugas, cepat, to the point, dan sering kali dijuluki "ceplas-ceplos" atau "koboi". Pergeseran gaya ini bukan sekadar masalah preferensi personal, melainkan sebuah fenomena komunikasi politik yang membawa serta peluang besar dalam hal keterbukaan, sekaligus risiko signifikan terhadap persepsi kredibilitas dan stabilitas. Dalam waktu singkat setelah dilantik, gaya ini telah memicu perdebatan intens di kalangan akademisi, pelaku pasar, dan masyarakat, menjadikannya studi kasus menarik mengenai bagaimana personal branding seorang pejabat publik berinteraksi dengan sensitivitas sebuah jabatan teknokratis kunci.

Peluang dan Keunggulan Aksesibilitas Publik

Dari sudut pandang komunikasi modern, gaya Purbaya yang non-konvensional menawarkan sejumlah keuntungan strategis. Pertama, peningkatan aksesibilitas informasi. Salah satu tantangan abadi Kemenkeu adalah menerjemahkan isu-isu makroekonomi yang kompleks seperti manajemen utang, defisit anggaran, atau kebijakan likuiditas menjadi bahasa yang dipahami oleh publik umum, termasuk generasi muda yang dominan di media sosial. Dengan gaya yang blak-blakan dan sederhana, Purbaya berpotensi besar untuk menjembatani jurang pemahaman ini. Ia mampu mengubah diskusi teknokratis yang kering menjadi topik yang lebih menarik dan relevan, meningkatkan kesadaran fiskal masyarakat, serta mendukung prinsip transparansi fiskal dalam format yang lebih populer. Keberaniannya menyentuh isu-isu publik secara langsung, seperti keputusan menunda pungutan Pajak Penghasilan (PPh) pada pedagang daring yang sensitif terhadap UMKM, memperkuat citra bahwa ia adalah pemimpin yang pragmatis dan responsif terhadap gejolak di lapangan.

Kedua, membangun citra yang otentik dan inovatif. Di tengah tuntutan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi (pro-growth), citra seorang pemimpin yang berani dan out-of-the-box sangat diperlukan. Gaya "koboi" ini menciptakan narasi bahwa Purbaya adalah teknokrat yang siap mendobrak tradisi birokrasi yang lamban demi mencapai target ambisius, seperti pertumbuhan ekonomi 8%. Citra ini, jika dikelola dengan baik, dapat memompa optimisme di kalangan pelaku usaha dan investor domestik. Dalam ekosistem media sosial, otentisitas yang ditawarkan Purbaya cenderung lebih disukai daripada formalitas yang kaku, memberinya political capital yang berharga.

Risiko Akademis dan Tuntutan Sensitivitas Fiskal

Namun demikian, peran Menteri Keuangan menuntut lebih dari sekadar popularitas atau kecepatan. Komunikasi seorang Menkeu adalah instrumen kebijakan itu sendiri, yang dapat memengaruhi pergerakan pasar. Di sinilah letak risiko terbesar dari gaya komunikasi Purbaya.

Ancaman Kredibilitas dan Stabilitas Pasar. Pasar keuangan dan investor internasional membutuhkan kepastian, konsistensi, dan kehati-hatian (prudence) dari seorang kepala fiskal. Pernyataan yang terlalu lugas atau terkesan spekulatif, tanpa dilengkapi rincian data dan kerangka kebijakan yang sistematis, berisiko menciptakan volatilitas pasar dan menurunkan tingkat kepercayaan. Ketika pasar mendengar narasi yang terlalu informal mengenai proyeksi anggaran atau pembiayaan program, mereka menuntut klarifikasi teknis yang solid. Kegagalan dalam mengelola ekspektasi ini dapat menghambat investasi jangka panjang, sebab pasar akan cenderung menahan diri dalam ketidakpastian. Para analis menunggu kejelasan mengenai komitmen disiplin fiskal dan sumber pendanaan yang transparan, bukan sekadar janji retoris.

Isu Nirempati dan Erosi Kepercayaan Publik. Kritik paling tajam yang muncul sejak awal adalah potensi nirempati sosial dari beberapa pernyataan Purbaya. Dalam konteks komunikasi krisis atau menghadapi protes masyarakat, seorang pejabat publik harus menunjukkan kecerdasan emosional publik (P-EQ) yang tinggi. Sikap yang terkesan meremehkan kritik atau menganggap keluhan rakyat sebagai suara minoritas dapat memicu amarah dan melukai rasa keadilan. Secara teoritis, komunikasi yang tidak sensitif berisiko menggerus kepercayaan publik sebuah modal sosial terpenting bagi pemerintah. Kepercayaan yang runtuh akan mempersulit implementasi kebijakan, bahkan yang paling baik sekalipun, sebab publik akan cenderung menolak pesan yang disampaikan oleh figur yang dianggap tidak berempati.

Gaya komunikasi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa merupakan fenomena komunikasi politik yang mempertemukan kebutuhan akan keterbukaan dan modernitas dengan tuntutan akan kehati-hatian institusional. Agar gaya dynamic style ini sukses dan berkelanjutan, Purbaya harus mencapai keseimbangan strategis. Retorika yang lugas dan to the point harus selalu diimbangi oleh filter kehati-hatian birokrasi. Kemenkeu harus membangun saluran komunikasi institusional yang kuat, di mana setiap pernyataan dinamis dari menteri segera disusul oleh penjelasan teknis yang rinci dan terstruktur dari jajaran direktur jenderal.

Pada akhirnya, kesuksesan Purbaya akan diukur bukan hanya oleh kemampuannya meraih target pertumbuhan, tetapi juga oleh kemampuannya membuktikan bahwa gaya komunikasi "koboi" dapat beroperasi secara bertanggung jawab. Ia harus menunjukkan bahwa kepemimpinannya adalah sintesis: lugas dalam visi, cepat dalam eksekusi, namun sistematis dalam data, dan empatik dalam interaksi sosial. Keseimbangan ini adalah kunci untuk mengubah kontroversi komunikasi menjadi political capital yang kredibel dan efektif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun