Kondisi pandemi seperti saat ini, mengharuskan kita untuk meminimalisir kontak fisik dengan orang lain, hal ini menjadikan kita sangat bersahabat dengan gadget yang kita miliki. Hampir seluruh aktivitas keseharian kita selalu berhubungan dengan kata "online", namun sadarkah Anda bahwa saat aktivitas normal kita berubah menjadi kegiatan virtual, kita akan cenderung melakukan hal multitasking lebih banyak dibandingkan biasanya? padahal di sisi lain, melakukan multitasking berlebih dapat merusak otak kita. Lalu bagaimana cara menghindarinya?
Kegiatan multitasking yang secara tidak sadar sering dijumpai pada masa pandemi saat ini adalah membuka sosial media saat kelas online atau kegiatan WFH berlangsung, rasanya membuka tiktok, membaca cuitan twitter, atau melihat postingan terbaru dari selebgram adalah hal yang biasa disaat kita juga dituntut untuk fokus pada pekerjaan kita.
Namun, sebenarnya otak kita tidak dirancang untuk melakukan banyak pekerjaan secara bersamaan, loh. Penelitian menyatakan bahwa hanya 2% dari populasi yang dapat melakukan multitasking dengan efisien---bahkan mengerjakan beberapa hal secara bersamaan hanya mengurangi produktifitas kita hingga 40% (American Friends of Tel Aviv University, 2017).
Selain fakta di atas ada beberapa alasan mengapa kita harus segera mengurangi kebiasaan kita bermultitasking, yaitu:
1.Multitasking menurunkan IQ
Bahkan terdapat penelitian lain dari London of University yang mengungapkan bahwa melakukan multitasking secara terus menerus dapat menurunkan IQ kita setara dengan orang yang suka merokok dan selalu begadang di malam hari. Dan bagi seorang pria multitasker, IQ mereka bahkan dapat setara dengan anak usia 8 tahun (Bradberry, 2014). Maka bisa diingat apabila kita membiasakan diri membuka sosial media saat diskusi kelas atau ketika rapat sedang berlangsung, sama saja kita mebiarkan kapasitas kognitif kita menurun.
2.Multitasking menurunkan EQ (kecerdasan emosi)
Lebih dari satu juta orang telah diuji oleh TalentSmart dan ditemukan bahwa 90% orang dari top performer memiliki EQ yang tinggi. Travis Bradberry menyatakan bahwa kegiatan multitasking bisa merusak bagian otak, yaitu anterior cingulate cortex (Bradberry,2014). Bagian tersebut adalah bagian otak yang bertanggung jawab atas kecerdasan emosional
3.Multitasking Mengurangi Konsentrasi dan Fokus
Ahli saraf dan penulis buku terlaris New York, Daniel Levitin mengatakan "multitasking dapat meningkatkan produksi hormon stress kortisol serta hormon adrenalin, yang dapat merangsang otak secara berlebihan dan menyebabkan kabut mental atau pemikiran yang kacau".
Ia juga menyatakan bahwa multitasking dapat menciptakan loop umpan balik dopamin yang secara efektif memberi penghargaan pada otak yang kehilangan fokus karena terus menerus mencari stimulasi eksternal (Levitin, 2015). Hal ini yang akan menjadi buruk, apabila tubuh sudah kecanduan dopamin maka akan sulit untuk memutuskan sebuah siklus tersebut.