Oleh: [Mutia Alauwia]
"Baru seminggu viral, minggu depan sudah basi."
Dunia digital bergerak lebih cepat dari logika --- dan anak-anak ikut terseret di dalamnya.
Di balik tawa lucu, tarian menggemaskan, dan challenge yang tampak 'sepele', TikTok menyimpan kekuatan yang tidak main-main: velocity. Istilah ini mengacu pada kecepatan tren bermunculan, menyebar, lalu lenyap dalam waktu yang nyaris instan.
Yang mengejutkan, audiens tercepat yang menyerapnya kini bukan remaja atau dewasa muda---melainkan anak-anak.
Â
atau Berkompetisi?
Anak-anak kini bukan hanya penonton pasif. Mereka aktif meniru, merekam, bahkan berlomba mengejar engagement. Tak sedikit dari mereka yang belum genap 10 tahun, tapi sudah mengerti "algoritma", "fyp", dan "viral".
Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: apakah mereka benar-benar bermain? Atau sedang tanpa sadar ikut dalam perlombaan virtual yang menuntut eksistensi terus-menerus?
Tren Sekejap, Dampak Jangka Panjang
Dampaknya tidak sesingkat durasi video. Konsumsi cepat informasi ini membuat banyak anak sulit fokus, cepat bosan, dan cenderung membentuk identitas berdasarkan "apa yang sedang ngetren", bukan "siapa diri mereka".