Mohon tunggu...
muthia kamila
muthia kamila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FAI Unisma

Mahasiswa Fakultas Agama Islam, Unisma Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Dalam Pendidikan Islam Mengenal Dikotomi Ilmu?

14 Juli 2020   20:23 Diperbarui: 14 Juli 2020   20:23 2200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemisahan ilmu ke dalam 2 ujung, yaitu ilmu agama dan ilmu umum, tidak dapat dilepaskan dari unsur sejarah hubungan antara agama dan ilmu. Di luar Islam, hubungan antara agama dan ilmu pernah mengalami konfrontasi yang hebat dimana masing-masing punya pendirian yang tidak dapat dipertemukan. Dan dewasa ini, sesungguhnya konfrontasi tersebut masih kita dapati yaitu pemisahan antara ilmu dan agama.

Peristiwa konfrontasi tersebut disebabkan atas doktrin agama yang bersangkutan sendiri, atau dipihak lain karena kekeliruan orang dalam memahami agama. Hal tersebut dapat dilihat dalam sejarah dunia barat pada khususnya di zaman pertengahan (abad ke 15). 

Pada waktu itu, setiap ada keterangan ilmu yang tidak sesuai dengan doktrin gereja, maka ilmu tersebut dibatalkan dan dianggap sesat oleh Kepala Gereja. 

Ketika Galileo (1507) mengemukakan pendapat bahwa bumi berputar mengelilingi matahari (helio centris), maka pendapat tersebut langsung ditolak oleh pihak gereja karena bertentangan dengan doktrin gereja bahwa bukan bumi yang mengeliling matahari, tapi mataharilah yang mengelilingi bumi (geo centris). 

Karena mendapatkan ancaman, maka Galileo terpaksa membatalkan pendapatanya di muka umum. Sikap yang kaku dari pihak kepala agama pada waktu itu menimbulkan reaksi yang keras dari pihak ilmuwan, sehingga timbul tuduhan bahwa agama manjadi penghalang bagi kemerdekaan berpikir dan kemajuan ilmu. 

Dari situlah kemudahan ada pemisahan antara ilmu agama yang bersumber dari doktrin kitab suci dan ilmu umum (sekular)  yang bersumber dari pengalaman, pengamatan dan logika (Razak, N, 1997).

Pemisahan (dikhotomi) antara ilmu agama dan ilmu umum pada gilirannya menimbulkan persoalan tersendiri. Meskipun sejak itu kemajuan berkembang pesat, namun menimbulkan persoalan-persoalan yang tak kalah pelik. Ilmu berkembang tak mengenal batas dan menganggap bahwa semua persoalan dapat diselesaikan dengan akal pikiran manusia. 

Bahkan jika ada persoalan-persoalan yang tidak dapat diterangkan dengan logika manusia, keterangan tersebut ditolak karena dianggap tidak ilmiah, termasuk keterangan-keterangan agama. Muncullah tokoh-tokoh seperti Rene Descarates, Spinoza, Thomas Hobbes, Issac Newton dan John Lock. Di samping itu, dalam bidang ketata-negaraan tampil Machiavelli dan juga Karl Marx.

Dengan pemisahan tersebut, maka dunia Barat dihadapkan pada moralitas baru yang serba materialistik dan hedonistik. Pergaulan bebas, alkohol, bahkan kriminalitas menjadi begitu meluas. Sementara agama hanya ada di wilayah yang sangat sempit dan dianggap sebagai urusan individu semata.

Apakah Islam Mengenal Dikhotomi Ilmu?

Pemisahan ilmu agama dan ilmu umum menjadi wacana menarik yang telah lama dibahas dalam pendidikan Islam. Wacana dikotomi ini menimbulkan banyak perdebatan dikalangan tokoh pendidikan, sebagian tokoh medukung penuh sistem dikotomi dan sebagian menolak keras adanya dikotomi. Masing-masing kubu menggunakan dalil untuk memperkuat pendapatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun