Mohon tunggu...
Ali Mutasowifin
Ali Mutasowifin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

just an ordinary teacher

Selanjutnya

Tutup

Money

Aburizal Bakrie Bukan Para Pencari Tuhan

23 Agustus 2010   22:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_236613" align="alignnone" width="499" caption="kompas/totok wijayanto"][/caption] Sudah cukup lama PT Asuransi Jiwa Bakrie (Bakrie Life) menderita gagal bayar nasabah Diamond Investa yang berjumlah Rp 360 miliar. Para nasabah pun sepertinya tak kenal lelah menuntut hak, sehingga Bakrie Life kemudian berjanji melunasi seluruh utangnya sesuai dengan Surat Kesepakatan Bersama (SKB). SKB tersebut berisikan komitmen Bakrie Life untuk membayar bunga 9,5% per bulan beserta cicilan pokoknya yaitu pada 2010 sebesar 25%, 2011 sebesar 25% dan Januari 2012 sebesar 50%. Dana tersebut seharusnya mulai dibayarkan pada Maret 2010 hingga Januari 2012. Akan tetapi, lagi-lagi pihak Bakrie Life mengingkari janji sehingga memaksa para nasabahnya berdemo di depan kantor pemegang saham Bakrie Life yakni Bakrie Capital Indonesia (BCI) dan menuntut kejelasan pengembalian dana mereka (19/08/2010) . Tetapi pihak BCI tidak memberikan pernyataan apa pun kepada para nasabah maupun kepada manajemen Bakrie Life. Hal ini menyebabkan Bakrie Life kini tak berani lagi berjanji kepada para nasabah Diamond Investa terkait cicilan pengembalian investasi mereka. Bakrie Life tentulah bukan satu-satunya perusahaan di bawah Grup Bakrie yang acap mengingkari janji. Para korban lumpur Lapindo juga harus pasrah ketika ganti rugi yang dijanjikan oleh PT Minarak Lapindo Jaya, sebuah perusahaan di bawah bendera Grup Bakrie yang bertanggung jawab atas semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, pada bulan ini sudah molor hingga lima bulan dengan dalih perusahaan sedang mengalami krisis keuangan. Terkatung-katungnya nasib para nasabah Bakrie Life maupun para korban Lumpur Lapindo terasa ironis bila disandingkan dengan kekayaan Bakrie dan keluarganya, sebagai pihak yang harus turut bertanggung jawab terhadap kedua kasus tersebut. Majalah Globe Asia tahun ini menempatkan Aburizal Bakrie sebagai orang terkaya keempat di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US $ 3 miliar (sekitar Rp 27 triliun dengan kurs US $ 1 = Rp 9.000,- ). Posisi ini meloncat dua tingkat dari urutan keenam tahun silam dengan total harta sejumlah 1,2 miliar dollar AS. Aburizal Bakrie tampaknya tipe pengusaha yang dapat tetap merasa nyaman meskipun dihujat banyak orang karena tidak segera menyelesaikan seluruh kewajiban perusahaan-perusahaan di bawah Grup Bakrie, walaupun sesungguhnya ia memiliki kekayaan yang jauh lebih dari mencukupi untuk membereskan segenap tanggung jawab itu. Apalagi, dengan kekuatan politik yang saat ini digenggamnya, ia menjadi lebih berkuasa dan leluasa untuk melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan yang berada di bawah kendali kerajaan bisnisnya. Entah apa aktivitas Aburizal Bakrie setiap petang, usai berbuka puasa. Bila tak ada kegiatan yang istimewa, ada baiknya ia menyaksikan sebuah sinetron bertajuk "Para Pencari Tuhan 4" yang ditayangkan oleh SCTV. Seorang tokoh dalam sinetron itu bernama Ahmad Jalaludin, yang akrab disapa Pak Jalal. Pak Jalal ini diceritakan sebagai seorang pengusaha kaya raya, yang setiap kali bersedekah kepada orang lain selalu diiringi semangat riya, pamer. Ia juga rajin membangga-banggakan kekayaannya serta mengolok-olok orang-orang miskin di desanya. Karena ditipu oleh direkturnya sendiri, sejak beberapa episode yang lalu Pak Jalal dikisahkan bangkrut. Seluruh aset perusahaan berikut aset pribadinya tidak lebih besar dibandingkan dengan segala kewajiban yang ditinggalkan oleh sang direktur yang semula sangat dipercayainya. Meskipun ada kesempatan Pak Jalal untuk tetap menjadi kaya dan melakukan negosiasi ulang dengan para krediturnya, Pak Jalal lebih memilih untuk menjual seluruh aset perusahaan dan pribadinya, termasuk rumah tempat tinggalnya, untuk melunasi seluruh utang-utangnya. Ia bersikukuh tak mau menahan hak orang lain meskipun hanya lima menit. Azam, tokoh lain dalam sinetron itu, berkisah bahwa, "... tak ada lagi yang tersisa yang dimiliki oleh Pak Jalal kecuali kehormatan dan rasa lega yang luar biasa ... ". Aburizal Bakrie memang bukanlah Ahmad Jalaludin. Ia pun tidak sedang mencari Tuhan ...

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun