Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Logika Pilpres 2014

30 Juni 2014   21:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:07 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam hiruk pikuk pilpres 2014, kita kemudian disodori berbagai logika untuk meyakinkan kandidate tertentu dan disodori logika untuk menolak kandidate tertentu.

Sebelum meyakinkan pilihan seseorang kandidate, logika yang hendak dibangun tentu saja berangkat dari “common sense” yang mudah diperdebatkan. Tidak memerlukan tafsiran yang rumit untuk menerima atau menolak logika yang hendak disodorkan.

Namun akhir-akhir ini ketika logika yang dibangun tidak berhasil dipatahkan, si lawan cenderung menggunakan berbagai alasan untuk “mengacaukan” logika sehat yang sudah tersusun (mistake). Dalam berbagai literatur logika yang kemudian dibantah tanpa argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan merupakan kesesatan.

Sekedar untuk mencatat, penulis berhasil memetakan berbagai “Kesesatan” hendak disusun untuk mematahkan logika yang telah disampaikan.

Argumentum ad hominen

Argumentasi yang disusun ditangkis dengan menyodorkan logika yang bertentangan.

Kita masih ingat dengan argumentasi Salah satu kandidate Presiden yang dituduh sebagai pelanggar HAM (ingat kasus penculikan). Namun bukannya “mengklarififkasi” tuduhan, namun argumentasi kemudian disusun, sang jenderal pihak seberang juga melanggar HAM. Aneh bukan ?

Persoalan substansi “apakah tuduhan “serius” pelanggar HAM itu benar atau tidak ?”. Kok melebar menuduh pihak lawan juga melanggar HAM.

Menggunakan logika yang telah disusun, maka tuduhan itu benar. Sedangkan apabila adanya jenderal pihak seberang yang dianggap sebagai tertuduh melanggar HAM, maka dalam kaidah pembuktian HAM ya, juga kita minta pertanggungjawabkan. Clear khan.

Argumentum ad Loculun

Argumentasi ini sering dipakai untuk menggertak lawan. Misalnya. Sang calon presiden merupakan jaringan komunisme di Indonesia. Dan sang pemberi argumentasi berikrar akan menjaga Indonesia dari ancaman komunisme. Lengkap dengan “segenap tumpah darah”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun