Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Kepahlawanan

25 Desember 2018   23:40 Diperbarui: 25 Desember 2018   23:48 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cerita yang beredar di Yogyakarta tentang Sultan Hamengkubowo IX, pangeran Diponegoro, Imam Bonjol atau Raja Yudistira. Bahkan cerita tentang tokoh agama seperti Para Walisongo lebih menguat dibandingkan dengna sejarah kedatangan Islam di nusantara. Bahkan alam kosmopolitan tentang "Semar" menjadi ukuran kepahlawanan ditengah masyarakat "goro-goro".

Bahkan cerita tentang Raja dirindukan yang bijaksana seperti "satrio Piningit" atau "ratu adil" di tanah Jawa atau "Imam Mahdi" di Timur Tengah menjadi kerinduan terhadap kepahlawanan yang arif, bijaksana dan mengayumi. Melindungi segenap alam semesta dan kehidupan rakyatnya.

Dalam alam kosmopolitan, Raja yang dirindukan lebih menggema, menggelegar dan menjadi 'amunisi" tambahan untuk melihat kiprah kepemimpinan. Gelegar heroic kepahlawanan yang gagah dimedan tempur kemudian dirindukan dengan kepahlawanan, keteladanan Raja yang arif. Raja yang memayungi. Memayu Hayuning Bawana.

Berbagai ujaran seperti "Gemah Ripah, Loh Jinawi. Tata tentram, kerto Rajarjo" atau "Padi menjadi. Rumput Hijau, Kerbo gepuk. Air jernih. Ikan Jinak. Ke aek cemeti keno. Ke darat, durian gugur", adalah lambang dari alam terhadap kepemimpinan dari Raja yang Agung.

Raja yang bekerja tanpa mengharapkan puja-puja. Sebagaimana sering disampaikan dalam ujaran "Rame ing gawe. Sepi ing pamrih".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun