Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pikiran Lio

6 Agustus 2018   17:57 Diperbarui: 6 Agustus 2018   18:10 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagai putra bungsu, Lio dikenal "penyayang". Dengan dua abangnya dan satu kakaknya, Lio mendapatkan berbagai pelajaran penting dari saudara-saudaranya. Entah kakaknya yang tertua "rajin" menasehati agar menuruti perkataan ibunya atau "abang-abangnya" yang mengajarkan lelaki tidak boleh cengeng dan harus mandiri.

Suatu waktu kemudian aku mendapatkan kabar. Hari pertama masuk sekolah TK sudah berkelahi. Padahal kutahu dia tidak pernah ganggu orang apalagi sampai memukul.

Dengan tenang kutanyakan mengapa dia memukul temannya pada hari pertama. Dengan santai meminum es krim dia menjawab "Kawan adek yang ganggu adik". Akupun diam. Mengapa dia ganggu sehingga menjadi tidak sabar.

Pelan-pelan kucari informasi. Ternyata. Dengan wajah yang "imut-imut, mata supit" sering diganggu temannya. Wajahnya dicubit-cubit. Pipinya digosok-gosok. Memang matanya sipit. Sehingga dia menjadi bahan guyonan teman-temannya. Dia diam saja. Mungkin tidak mau diganggu pada hari pertama dan didalam kelas.

Namun ketika waktu istirahat, ketika temannya lengah, dia kemudian menghajar muka temannya. Langsung terjengkang tanpa sempat melawan. Sekolah kemudian gempar. Dia kemudian ditanya. Dengan santai dia menjelaskan kekesalan dari temannya yang terus mengganggu selama belajar. Dan tidak ada sedikitpun dia takut walaupun ditanya guru. Tidak menangis namun tegas menunjukkan sikapnya.

Akupun teringat kata-kata istriku. "Adek harus melawan kalua diganggu. Kalau badannya besar, kejar pakai kayu" teringat perkataan istriku disela-sela menonton TV.

Sang Guru sekolah kemudian bijaksana. Lio tidak bersalah. Dengan diam selama ini diganggu kemudian dia menunjukkan sikapnya. Lelaki tidak boleh cengeng. Lelaki harus melawan apabila terus diganggu.

Namanya  kemudian melekat di Sekolah. Hampir setiap orang tua di sekolah tidak pernah menyalahkan sikap Lio. Dia kemudian menjadi bintang. Nama Lio kemudian dilekatkan oleh orang tua di Sekolah.

Bahkan apabila ada anak-anak nakal atau tidak menuruti perintah orang tua atau tidak mau makan, maka keluar ancaman "nanti kasih tau Lio". Nama Lio kemudian membuat anak menjadi patuh. Cerita yang kuterima dari para orang tua ketika aku mengantar sekolah. Akupun tersenyum. Lio tidak pernah dianggap anak nakal. Tapi Lio menunjukkan sikapnya. Melawan ketika mulai diganggu dan sang kawan sudah diingatkannya.

Keberanian dia melawan menjadi pegangan di sekitar rumahku. Bahkan dia pernah menghajar teman abangnya yang badannya tiga kali lebih besar darinya. Persoalannya cuma sepele. Dia merebut mainan ditangannya. Sebuah ajaran yang diingatkan dari ibunya. "Tidak boleh merampas mainan dari tangan. Kalau ingin harus ngomong". Hingga kini sang teman abangnya tidak pernah berani lagi main kerumah apabila ada Lio. Akupun tersenyum mendengar kisah itu.

Lalu apakah Lio menjadi keras kepala dan tidak mau diatur. Tidak. Dia tidak pernah marah apabila teman-temannya yang perempuan sering mengganggunya. "Paling-paling dia tersenyum". Sebuah ajaran dari ibunya. Tidak boleh memukul perempuan. Ajaran yang paling esensial dari keluarga yang kami tanamkan. "Sesalah apapun perempuan, tidak boleh tangan melayang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun