Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesilat dan Pelukis? Bisa!

21 Agustus 2016   16:10 Diperbarui: 21 Agustus 2016   16:21 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Bu Guru Ana. Maimanah Amini. Menjalani keseharian sebagai guru seni rupa di salah satu sekolah menengah pertama terfavorit di kota Selong, Lombok Timur (Lotim)  NTB. Saya pribadi menjadi sangat terinpirasi ketika salah seorang murid lukisnya, Bu Herna - teman SMA saya, tambahkan keterangan bahwa sosok ramah ini adalah juga senpai di salah satu perguruan silat Lombok Timur. 

Tak tertahan saya cetuskan pertanyaan, " Bagaimana bu guru bisa lakukan hal maskulin dan feminin sekaligus?"

Mengaku 'terdampar' di dunia seni lukis lebih karena tanggung jawab utama hariannya sebagai Guru Seni Rupa, Bu Ana habiskan seperempat abad terakhir hidupnya menjadi pelukis magisme.

Poligami - ANA 2012, karya seni Bu Ana yang dijadikan bahan skripsi seorang mahasiswa dari Jogja.
Poligami - ANA 2012, karya seni Bu Ana yang dijadikan bahan skripsi seorang mahasiswa dari Jogja.
"Saya otodidak Bunda. Tapi kawan-kawan sesama pelukis, terbuka menerima pendapat saya. Terutama ketika bersama-sama menjadi juri lomba lukis."

Baiklah, saya terseret ke kenangan di tahun yang sama dengan Bu Ana memulai kesenangannya melukis. 1992 lalu, di salah satu ajang lomba antar kelompok di seleksi penerimaan anggota ekstra Pramuka di SMA, lukisan realis saya di pilih kakak-kakak senior sebagai juara. 

Tentu saja pengalaman melukis instan saya masih teramat jauh dengan yang dimiliki Bu Ana. Namun pembawaan sosok low profile ini mengesankan siapa pun untuk percaya mereka memiliki bakat melukis! Kesan yang juga terbangun di rumahnya. Teras dan ruang tamu yang penuh dengan koleksi hasil lukisannya, pun para murid. Baik itu gunakan pensil untuk karya-karya sketsa atau yang kaya warna dari acrylic serta cat minyak.

Di teras rumah Bu Ana. Kredit Foto: Putri Sulung saya.
Di teras rumah Bu Ana. Kredit Foto: Putri Sulung saya.
Ssst, semoga anak-anak saya segera menjadi murid Bu Ana. Belajar melukis sekaligus silat. Ciaatttt..
Ssst, semoga anak-anak saya segera menjadi murid Bu Ana. Belajar melukis sekaligus silat. Ciaatttt..
Eh, ketemu Bu Ana di mana?

Sabtu kemarin di time line FB saya, Bu Herna di tag di satu woro-woro. Undangan terbuka, Komunitas Seni Lukis Waktu (KSLW) dengan berbagai macam acara seni di Taman Kota Selong, sepanjang hari Minggu 21 Agustus. Hari ini. Saya saksikan langsung beberapa acara, seperti Live Sketch dan workshop yang dipandu om Indra Wardhana.


Sigap saya berkomentar di post tersebut, ijin hadir sekaligus meliput kegiatan. Di acara Live Sketch pula saya saksikan kepiawaian Bu Ana, mendadak selesaikan sketsa dari model, di sepeminuman kopi.

Seriusnya Bu Ana dan Om Indra live sketch model di Taman Kota Selong. Dokpri.
Seriusnya Bu Ana dan Om Indra live sketch model di Taman Kota Selong. Dokpri.
Dokpri.
Dokpri.
Sketching practice. Dokpri
Sketching practice. Dokpri
Seriusnya saat Live Sketching. Dokpri
Seriusnya saat Live Sketching. Dokpri
Saya, 3 murid lukis & lukisan mereka serta Bu Ana. Tampak depan, pelukis yang live painting.
Saya, 3 murid lukis & lukisan mereka serta Bu Ana. Tampak depan, pelukis yang live painting.
Di sela hunting foto dan amati kegiatan saat live sketching, saya juga bertukar cakap dengan pelukis perempuan lainnya. Bu Ros. Juga seorang PNS di Dikpora Lombok Timur. Bu Ros masih yakin serta tekuni lukisan realis dan berdua bersama suaminya yang sesama aktifis di KSLW, lembur selesaikan dua lukisan untuk ramaikan koleksi bazaar.

Seperti saya, latar akademis Bu Ros pernah enyam kuliah di kependidikan prodi Bahasa Inggris. Di sela workshop, kami bersepakat hidupkan kemampuan kami dengan inisiasi speaking club. Belum akan rutin, namun berintegrasi dengan kegiatan para seniman di KSLW Lotim.

Kembali ke Bu Ana, aktifitas lukisnya bersama KSLW sudah cukup lama. KSLW yang sebelumnya bernama 'Berugaq' telah beberapa kali lakukan pameran bersama di Taman Budaya Mataram.

Peralihan nama menjadi 'Waktu' dengan harapan tak terkotak-kotaknya berbagai genre lukisan, pun para seniman lainnya di Lotim khususnya serta NTB. Bahkan saya sempat juga diperkenalkan pada pegiat komunitas sastra yaitu Komunitas Rabu Langit. Selain sesama seniman, acara KSLW sehari ini juga diramaikan para siswa SMAN 1 Keruak, terutama para siswa yang tergabung di ekstra Seni Rupa.

Foto panorama kegiatan Komunitas Seni Lukis Waktu. Dokpri
Foto panorama kegiatan Komunitas Seni Lukis Waktu. Dokpri
Target pameran terdekat, inshaAllah di April 2017. Teman SMA saya, Bu Herna, ditantang Bu Ana untuk tambah koleksi lukisannya minimal tiga buah.
Skrinsot Feature Photo dari FB Bu Ana.
Skrinsot Feature Photo dari FB Bu Ana.
"Kalau Bunda mau, ayo bareng-bareng saya belajar. Nanti hasil lukisannya bisa kita pamerkan bareng bersama hasil lukisan perempuan lainnya dari Selong sini.."

Waaahhh, menarik dan menjanjikan sekali yak. Penulis, guide plus pelukis? Pesilat? Sebentar, khusus silat, sebaiknya dua anak saya saja yang mewakili. Persediaan minyak di sendi-sendi tubuh saya tersisa hanya buat satu lagi pendakian ke Gunung Rinjani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun