Well, itu juga kalau koleksi foto bisa dianggap sebagai koleksi barang sih ^^
Iya. Sudah sangat lama tidak terlalu fanatik dengan hobi koleksi barang. Bukan apa-apa. Sebagai yang agak idealis dengan definisi kata, ketika disebut sebagai 'Hobi Koleksi' dan ternyata barang yang dikoleksi tak ada, tidak mungkin mengaku-aku kan? Dulu pernah -- (meminjam gaya bicara dan tone Anggun C. Sasmi di iklan shampoo).Â
Waktu itu saya koleksi gantungan kunci serba warna ungu. Jaman masih selalu nge-backpack kemana-mana. Dimana di setiap ujung resleting tas, bertumpuk serba serbi gantungan kunci. Saya berhenti, ketika sadar hobi saya mulai berubah buruk. Saya begitu menggilai barang imut ini, sampai gelap mata mengambili punya teman-teman. Seringnya si teman sesama pecinta alam. Yang sama-sama memakai backpack kemana-mana. Kalau ada yang nyantol dan berwarna ungu, auto saya ambil paksa dan si gantungan kunci pun pindah ke backpack saya. Alhamdulillah, sekarang sudah nggak begitu lagi.
Sekarang, hanya tersisa beberapa buku saja. Tahun lalu, pas sedang samasekali tidak ada pekerjaan, sebagian tertukar menjadi beras. Iya itu, karena ndak berani meminjam ke siapa-siapa. Wong ya ndak tau kapan bisa melunasi pinjaman. Akhirnya, sebagian koleksi buku dijual buat beli beras.
Jadi, sekarang praktis tidak memiliki hobi khusus. Kecuali, kalau misal koleksi foto pemandangan dan kuliner cantik bisa disebut sebagai 'Hobi Koleksi Barang'. Bagaimana bisa memiliki hobi ini?
Pertama, koleksi foto pemandangan dan kuliner adalah kebutuhan utama saya.Â
Saya blogger yang mencoba mengusung konsep Travel Blogger. Walau niche terbesar adalah Lifestyle, tapi saya membangun kekhususan di bidang travelling. Nah, bekal utama ya foto-foto pemandangan cantik, juga kuliner-kulinernya. Harapannya, ketika siapapun membaca review travelling saya, bisa tergerak mendatangi destinasi wisata yang saya bahas. Entah karena destinasi tersebut memiliki pemandangan serba indah dan cantik, atau kulinernya.Â
Kedua, saya adalah barisan manusia penyuka keindahan.Â
'Pandangan' itulah yang menggerakkan saya lebih sering mengambil sudut-sudut serba cantik. Masalah sampah, kasus-kasus tertentu atau sudut-sudut menyedihkan, biar jadi urusan para kuli tinta media cetak atau online lainnya. Bagi-bagi porsi. Saya ingin mengkhususkan diri sebagai bagian yang mendatangkan wisatawan. Bukan yang membuat mereka enggan. atau bahkan tak sudi berkunjung.
Ketiga, saya penyuka makanan serba enak.
Bagaimana meneruskan kesan enak tersebut ke orang lain? Menurut saya, ya salah satunya dengan foto yang bagus (=cantik). Kesan lezatnya satu kuliner, tentu akan gagal 'terbaca' jika foto yang kita pasang gelap, tidak estetik atau miring-miring ndak jelas. Rasanya akan auto di-skip. Scroll, scroll, scroll, dan blas jadi gak berminat mencobai makanan tersebut.
*Selong 5 Mei 2021