Hiruk pikuk perang Anas versus Demokrat, atau versus SBY semakin membuat pusing. Penasaran menunggu akhir dari babakan perang ini tak henti melintas di kepala. Sejak pidato berhentinya Anas dari PD, yang suka dengan berita politik menunggu halaman-halaman berikutnya sebagaimana janji Anas. Dari semua itu, ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan besar yang sampai sekarang masih mengganjal pikiran. Pertanyaan itu saya bagi dalam tiga kategori, Anas, Demokrat/ SBY, dan KPK
[caption id="attachment_229795" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber: rimanews.com"][/caption] Anas
- Jika Anas mengetahui ada beberapa aliran yang masuk ke kantong orang lain di PD, kenapa baru sekarangAnas bernyanyi?
- Jika tesangkanya Anas adalah sebuah sistem berujung intervensi, kenapa wujudnya sangat sederhana dan sangat mudah terbaca?
- Jika Anas sudah haqqul yaqin akan menjadi tersangka sesuai pengakuannya, kenapa dia biarkan saja
Demokrat/ SBY
- Jika seorang petinggi PD disebut mengetahui aliran dana ke Ibas dan disebut hadisnya sahih, namun tidak benar, kenapa yang bersangkutan tidak mengklarifikasi, atau setidaknya menuntut balik?
- Jika tudingan Anas dianggap tidak benar, kenapa PD mesti kewalahan, seperti pengakuan Ulil?
- Jika kursi ketua PD kosong, kenapa sampai sekarang tidak diadakan KLB sesuai amanat AD/ART Partai, di tengah kuatnya loyalis Anas?
KPK
- Jika alasan kekurangan SDM untuk kasus century (bahkan SRM akan dimintai keterangan di Amrik), kenapa untuk kasus yang jumlahnya kecil seperti sangkaan grativikasi mobil Anas, bisa dilakukan?
- Jika bocornya sprindik adalah kesalahan, kenapa waktu pengungkapannya diulur dengan sandiwara komisi etik?
- Jika tersangkanya Anas adalah grativikasi mobil, kenapa sampai berbulan-bulan?
Dari semua pertanyaan itu, kesimpulan saya secara pribadi ada dua, Pertama, ini adalah gaya membesarkan partai dengan memecah, dan kedua, "MEREKA BERSANDIWARA".... :)