Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Turki Ajak Rusia Kirim Pasukan ke Palestina, Jawaban Putin Bikin Menohok

17 Mei 2021   23:08 Diperbarui: 17 Mei 2021   23:29 6137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Erdogan yang sering menyuarakan hak Palestina. Sumber: AFP melalui Kompas.com

Gempuran Israel di bumi Gaza belum berhenti. Gedung-gedung masih terus disasar oleh roket-roket canggih dari tentara Israel (IDF). Demo dan solidaritas dukungan kepada rakyat Palestina terus saja berdatangan, termasuk dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan merupakan salah satu pemimpin di Timur Tengah yang vokal sekali menyuarakan ketidaksetujuan atas agresi Israel di tanah Palestina. Sebagai presiden yang mencoba menggaungkan kembali romantisme Utsmaniyah atau Neo-Utsmaniyah, diplomasi lunak Turki kerap kali condong ke negara-negara mayoritas Muslim.

Cara tersebut dilakukan oleh Erdogan untuk menaikkan citra positifnya, khususnya sebagai leading power di Timur Tengah. Buktinya, Turki sering terlibat dalam beberapa konflik yang terjadi di Timur Tengah, mulai dari Libya, Suriah, Qatar, Lebanon, sampai Palestina. Turki ingin memaksimalkan investasinya dan menjaga pasokan minyak terjaga dengan baik.

Khusus untuk kasus Palestina, Erdogan sering menyerukan solidaritas terhadap rakyat Palestina. Namun Israel tidak menganggap penting seruan Erdogan karena toh Turki masih menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Di sisi lain, Turki rajin memberi bantuan finansial dan kemanusiaan kepada Palestina di sepanjang jalur Gaza meski sedang diblokade. Puncak ketegangan Turki dengan Israel terjadi pada 2010 silam.

Waktu itu kapal dari sebuah organisasi kemanusiaan asal Turki, IHH, dicegat dan diserang tentara laut Israel yang sedang berpatroli. Kejadian yang disebut Mavi Marmara Tragedy tersebut turut menewaskan 9 warga Turki. Israel menegaskan, kapal Mavi Marmara membawa senjata selundupan untuk Hamas namun anggapan ini ditolak mentah-mentah oleh Turki.

Baca juga: Tepatkah Hamas Disebut Teroris?

Dari peristiwa tersebut akhirnya Turki memutus hubungan dengan Israel sampai bertahun-tahun kemudian. Lalu Turki memulai kembali hubungan dengan Israel setelah normalisasi berhasil disepakati kedua belah pihak pada 2016 silam. Dan sampai saat ini, kantor perwakilan Turki masih berdiri kokoh di Tel Aviv.

Lantas kenapa Erdogan begitu ngotot ingin membela Palestina, sampai-sampai menghubungi Presiden Rusia Putin?

Erdogan mengatakan kepada Putin, Israel harus diberi pelajaran. Sampai beberapa hari kemudian, muncul kabar kalau tentara Turki tiba di Israel.

Dan apakah Rusia akan mengirimkan pasukan ke Palestina bersama Turki? Saya akan menjawab, TIDAK. Berdasarkan pengamatan saya, jarak antara Rusia dengan Palestina tidaklah dekat. Dan apa keuntungan Rusia jika mengirim pasukan ke Palestina? Apa hitung-hitungan Rusia akan menguntungkan kepentingan nasionalnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun