Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Fanatisme Fans Piala Dunia Qatar Jangan Sampai Buat Celaka

10 Desember 2022   15:58 Diperbarui: 10 Desember 2022   16:02 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fans nobar pildun. Gambar via detik.com

Perguliran piala dunia Qatar 2022 memasuki fase-fase terakhir. Setelah pertandingan pada Jum'at-Sabtu, dua negara sukses meraup tiket ke babak semifinal yang mempertemukan Argentina dan Kroasia.

Keberhasilan kedua timnas tersebut tak terlepas dari kerja keras dan tensi permainan yang tinggi. Bagaimana tidak, dua-duanya lolos melalui pertandingan yang tak mudah, adu pinalti menjadi bukti betapa luar biasanya perhelatan empat tahunan ini.

Untuk Brazil dengan tim bertabur bintang kembali menelan pil pahit, menangis, menjerit untuk yang kesekian kalinya. Cukup sedih bagi fans brazil kembali melihat Neymar tak berdaya mengurai air mata dihadapan Kroasia.

Belanda juga, bersabarlah. Masih ada 4 tahun lagi untuk berjuang mati-matian. Sakitnya Kekalahan belanda terhadap Argentina, sekiranya sedikit mewakili perasaan masyarakat Indonesia yang ditindas berabad-abad pada masa lampau.

Bagi para pendukung ataupun fans negara manapun, yang tergabung dalam pesta akbar sepak bola dunia ini, sorak sorai, riuh menderu sering menghiasi jalannya pertandingan. Tidak tentang di stadion belaka, tetapi ditempat manapun yang tersedia bersama-sama merasakan kehangatan Nobar Piala Dunia.

Tak jarang, saking fanatiknya para fans sepak bola berujung pada celaka. Dari hujat-menghujat, menghina, sampai pada perkelahian fisik pun kerap kali terjadi. Dari debat lisan dan tulisan, percekcokan pada media sosial, perang urat saraf tak terelakkan.

Kita sudah melihat dari beberapa video yang beredar ketika dua orang pemuda berkelahi hanya karena saling meledek buntut kemenangan dan kekalahan tim kesayangannya. Akhirnya sepak bola yang seharusnya mempersatukan kita malah menjadi jurang pemisah.

Menyikapi hal itu, kedewasaan seseorang perlu dipertanyakan. Kita hitung-hitungan tentang untung dan ruginya saja dulu kalau sering bergulat dalam hegemoni piala dunia. Katakanlah Argentina sebagai tim favorit kita menang, kita senang, mengungkapkan kegembiraan dengan begitu dahsyatnya, pertanyaannya apa yang bisa kita peroleh?

Kalau konteksnya judi, Menang bisa dapat sesuatu, entah itu. Tapi kalau kalah yang didapat rugi plus sakit hati. Berkahnya tidak ada, sehatnya pun juga tidak. Mereka yang bertanding kok kita yang repot. Bagi fara fans di Indonesia, beragam caci maki bisa kita dapatkan di platform media sosial. Akhirnya kita negara yang dicap beradab, gara-gara bola seperti tidak beradab.

Kebijaksanaan menggunakan media sosial perlu direfleksi lagi. Sudah saatnya perangkat komunikasi yang kita miliki menjadi alat bantu yang produktif dan beradab. Sewaktu-waktu di tempat nobar piala dunia kita manfaatkan momentum itu sebagai ajang silaturahim demi mempererat tali persaudaraan diantara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun