Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan Keresahan

23 Mei 2022   19:50 Diperbarui: 24 Mei 2022   18:33 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musafar Ukba. Dokpri

Dibawah deretan cemara yang berjejer,
dibawah langit malam yang baru saja mencuat, sekumpulan manusia yang patah hati mencoba menenangkan diri.

Banyak polemik kehidupan terasa sumpek untuk dipendam-pendam saja. Melalui diskusi kecil-kecilan mengerubungi api unggun yang membakar dengan sebagian pikiran terbuka yang membara.

Secangkir kopi ditakar dan diseduh sesuai selera. Saat itu juga pikiran dan perasaan tiba-tiba keluar melalui percakapan yang cukup hangat, lega itu sudah pasti tapi belum totalitas, pergerakan kedepannya banyak hambatan dan ujian. Sungguh sayang, mahasiswa dengan setumpuk gagasan kadangkala takut dengan realitas yang mengkhawatirkan masa depannya.

Pergi ke kampus hanya mendengarkan ceramah atau wejangan barangkali, tanpa mau bertanya atau menanggapi. Ya mau gimana lagi kalau sudah kondisi tidak memungkinkan untuk sekedar bertanya atau kans yang diberikan terbatas untuk sekedar menyalurkan pemikirannya. Raut wajah teman-teman yang lain pun mengisyaratkan untuk tidak berucap dari pada memperpanjang waktu keluar lagi.

Hmm, dasar para pencari nilai, datang mendengar duduk diam atau karena perempuan yang dinaksirnya menjadikannya antusias untuk masuk dalam kelas, semuanya mengejar kepalsuan. Tak heran banyak yang bungkam tapi sangat munafik dibelakang.
Apakah Kalian pantas dilabeli mahasiswa yang benar-benar mahasiswa?

Alam selalu menjadi tempat yang cukup nyaman untuk bercengkrama. Kendatipun hanya di taman kampus hijau, tempat mu menempuh pendidikan tinggi. Berbekal kopi sasetan, beberapa kretek, buku, lingkaran api tercipta sebagai penyulutnya adalah ranting-ranting dan sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh para sampah itu. Datang ke taman hanya pacaran saja tetapi menodai alam pijakannya.

Malam ini kembali kita tertawa lagi. Berceloteh saja dengan segala anekdot ini sahabat! Kita sudah cukup dilabeli tak karuan atau pergaulan salah jalan, tak mengapa? Buat mereka senang saja.

Jangan tinggalkan dendam tetapi bukalah kerelaan untuk memaafkan. Sekalipun kita bukanlah merasa diri benar, tetapi berusaha agar selalu menjadi benar.

Kita temukan diri dan potensi kita diluar, atau memang seharusnya begitu sahabat-sahabat daripada menjadi polos atau pura-pura lugu. Bukannya melawan, tapi ini adalah sedikit catatan keresahan dimalam ini dibawah rembulan yang bersahaja seiring api yang perlahan redup sebelum mengakhirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun