Mohon tunggu...
fxfelly murwito
fxfelly murwito Mohon Tunggu... -

bapak satu istri dan satu putri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kebaya Tak Hanya Dikenakan, tapi Juga Diceritakan

16 Oktober 2017   06:28 Diperbarui: 17 Oktober 2017   03:48 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Lifestyle Kompas

Kebaya, perjalan mencari asal-usulnya ternyata tidak semulus jalan kepopulerannya saat ini. Puluhan pertanyaan yang disusun terbentur dengan minimnya sumber informasi. Sedihnya lagi, buku-buku tentang kebaya yang ada di perpustakaan atau rak toko buku tidak ada yang secara gamblang menuliskan kapan dan pada trah siapa kebaya mulai dikenakan. Lalu menyoal bagaimana bentuk awal kebaya dan pengaruhnya, masih ditulis dengan awal kata 'mungkin'.

Bebagai kemungkinan yang terserak, coba saya kumpulkan berbagai sumber yang tersedia demi menjawab kemungkinan-kemungkianan ini. Akan tetapi, penelusuran ini masih jauh untuk disebut sebagai penelitian. Saya juga tak serta merta menyimpulkan, yang pasti, masih banyak tabir tentang kebaya yang masih buram. Termasuk busana yang masyarakat sekarang sebut "kebaya" merupakan kebaya yang dikenal pada zaman dulu. Nah, perjalanan ini akan dimulai dari jejak busana pada masa awal sebelum kebaya mulai dikenakan.

Dari Kulit Kayu Sampai Kain Panjang

Pada masa lalu, ratusan atau bahkan ribuan tahun, busana masih digunakan untuk melindungi tubuh dari cuaca. Sebelum wastra dikenal, Indonesia telah mengenakan busana untuk menutupi bagian atas dan bawah tubuhnya secara terpisah. Busana pada dulunya terbuat dari kulit kayu yang ditumbuk. Berdasarkan bukti arkeologis, pakaian dari kulit kayu yang dinamakan fuya atau tapa, pernah ditemukan di Kalimantan, Seram, Halmahera, Nias, dan pantai barat Irian Jaya.

Ketika alat memintal benang sampai di Indonesia, maka mulailah dikenal kain panjang untuk menutupi tubuh dengan cara melilitkannya beberapa kali. Istilah untuk cara berpakaian ini disebut pakaian bungkus, celemek panggul, dodot atau jarik. Pengaruh agama turut mempengaruhi cara berbusana, hal itu dapat dilihat pada relief candi. Borobudur adalah contoh keanekaragaman pakaian dan perhiasan abad 14. 

Sekitar 2.600 relief menampilkan ragam busana yang dipakai dengan latar belakang kegiatan seperti mengolah sawah, membangun rumah, bermain musik dan tari. Dari dinding-dinding ini pula bisa dilihat betapa nenek moyang kita menutupi tubuh dengan kain untuk menunjukkan kekayaan dan simbol status sosial.

Jarik dan Kemben

Kebaya tidak bisa dilepaskan dari kemben dan jarik. Akan tetapi bukan kebaya yang menjadi sentral dari busana, terutama busana Jawa. Justru jarik atau kain panjanglah yang harus ditonjolkan. Hal ini berkaitan dengan ideologi bahwa kain yang tidak dipotong melambangkan kesucian dan kesakralan. Jarik artinya serik. Maknanya adalah jangan mudah iri terhadap orang lain, karena iri hati hanya akan menimbulkan rasa emosional, grusa-grusu dalam menanggapi segala masalah.

Pada setiap jarik terdapat motif yang dibatik dan setiap motif memiliki arti dan tujuan pengenaan yang berbeda. Misalnya, Parang Kusumo. Kusumo memiliki arti kembang, yang kemudian dimaknai sebagai kembanging ratu atau untuk gampangnya berarti generasi muda atau keturunan dari raja. Pada pria, motif pada batik bisa menambah kewibawaan pemakainya. Namun yang pasti, batik menjadi bermakna dan nyata wujudnya manakala sudah tertuang dalam sehelai kain. Sehelai kain inilah yang oleh orang Jawa disebut tapih atau jarik.

Pemakaian jarik didahului dengan membuat wiru (lipatan) pada kain batiknya. Wiru artinya wiwiren aja nganti kleru yang maknanya adalah olahlah segala hal sedemikian rupa sehingga menumbuhkan rasa menyenangkan dan harmonis, jangan sampai menimbulkan kekeliruan dan ketidak harmonisan. Pembuatan wiru dimulai dari ujung kain batik yang dijahit, selanjutnya dilipat bolak-balik sampai 3/4 panjang jarik. Pemakaian jarik harus pas di atas mata kaki, tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Jarik atau kain panjang, pada beberapa tradisi daerah di Indonesia digunakan bersama-sama dengan kemben. Kemben sendiri berarti pakaian yang digunakan oleh perempuan untuk menutupi bagian perut dan dada. Fungsi kemben untuk menahan bagian perut agar terlihat langsing. Kapan kemben mulai dikenal adalah sebuah pertanyaan yang hampir sama dengan siapa yang memakai kebaya pertama kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun