Mohon tunggu...
Zakiyya Sakhie
Zakiyya Sakhie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dokumen pribadi

housewife, book lovers, like traveling

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerokan dan Balsem Lang Terapi Alami Tiada Duanya

20 November 2017   09:09 Diperbarui: 20 November 2017   09:26 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.thepicta.com/tag/kusir

Setiap kali meriang dan masuk angin suami saya ketagihan untuk dikeroki. Katanya kalau dikeroki dijamin sembuh, badan kembali segar dan tidur pun menjadi lebih nyenyak. Ketika saya sarankan minum obat, suami saya justru menolaknya. Kita iniDikitDikitJanganMinumObat, kebanyakan mengkonsumsi obat justru bisa melemahkan tubuh. Mending kerokan, begitu kata suami. 

Tapi kerokan itu seperti yang pernah saya baca efeknya tidak baik lho. Tapi suami saya bersikeras untuk tetap kerokan. Katanya kerokan itu tradisi dari orangtua-orangtua terdahulu. Saya bilang lagi jika kerokan itu ada efek sampingnya, eh suami malah mengatakan begini "betul efek sampingnya ada, ya pulih dari sakit masuk angin itu." Hehehe. Memang benar lho, kalau habis dikeroki tidur suami lebih pulas. Pada saat bangun badannya lebih bugar dan semangat kembali bekerja.

Sebagai seorang pekerja keras di tanah rantau di Indonesia Timur, kesibukan suami sangatlah padat. Tidak berbeda jauh dengan para pekerja keras yang tinggal di kota Metropolitan. Berangkat pagi pulang sore, bahkan menjelang maghrib baru bisa menyapa penghuni rumah. Cuaca di luar yang tidak menentu bukan hal baru jika membawa pengaruh buruk pada kondisi kesehatan tubuh. Salah satunya ya masuk angin. Meskipun didefinisi bukan penyakit berat tapi keluhan masuk angin tetap saja mengganggu. Dan jika dibiarkan berlarut-larut bukan tidak mungkin akan menciptakan penyakit baru. 

Tidak heran kalau tiap hendak berangkat belanja ke swalayan suami selalu mengecek persediaan balsem di kotak obat. Oya suami saya hanya punya satu merk balsem kepercayaan yang diturunkan dari nenek moyangnya yaitu Balsem Lang dari PT Cap Lang yang berdiri sejak tahun 1973. Yang pada masa tersebut tentu saja saya dan suami belum muncul ke dunia. Suami sering menyarankan saya untuk melakukan terapi alami kerokan jika badan terindikasi kena serangan masuk angin. Jadi DikitDikitJanganMinumObat! cegah suami. Tapi efeknya? Yah, coba dulu. 

Saya awalnya juga merinding melihat prosesi kerokan yang menimbulkan guratan-guratan merah di punggung. Saya pikir pasti sakit. Orang sakit kok dibikin sakit. Batin saya.

Benar juga suatu kali perut saya seperti lumbung angin, rasanya sesak, kepala pening, mual dan pada saat saya tepuk-tepuk perut saya berbunyi seperti gendang. Saya pun mencoba meminta suami mengeroki punggung saya menggunakan Balsem Lang. Setelah seluruh permukaan punggung saya dibalur dengan Balsem Langsuami mulai mengeroki perlahan dengan alat kerok yang tradisional juga, uang koin. 

Meskipun di Indonesia Timur uang koin sudah tidak laku untuk transaksi, namun saya  tidak menelantarkannya begitu saja. Saya selalu menyimpan uang koin dalam tempat khusus, mengingat pada kegemaran suami yang suka kerokan. 

Sensasi kehangatan dari Balsem Lang begitu terasa menyusup ke dalam pori-pori tubuh. Butiran-butiran gel-nya yang tidak terasa lengket menjadikan saya betah berlama-lama beradu dengan BalsemLang. Tak berapa lama kemudian saya bisa bersendewa dan buang angin. Lega rasanya. Rasa sesak dan busung di perutpun menghilang. Dada juga terasa longgar seperti membuang beban yang berat. Dan saya bisa tidur tanpa gangguan masuk angin. 

Kini saya percaya dan telah membuktikan sendiri kerokan dan Balsem Lang memang pengobatan dari jaman baheula yang tiada duanya. Khasiatnya ampuh tanpa harus menenggak obat tertentu. Jadi DikitDikitJanganMinumObat, kalau ada kerokan, ngapain juga cari yang mahal! 

Ya nggak?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun