Mohon tunggu...
Munib Abduh
Munib Abduh Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pemerhati media, Jurnalis Pejalan Kaki & Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media dan Dehumanisasi

6 Oktober 2017   13:06 Diperbarui: 6 Oktober 2017   13:24 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Teknologi adalah sebuah keanehan, dengan satu tangan ia memberimu hadiah besar dan dengan tangan lainnya ia menusuk dari belakang," Charles Percy Snow.

Menyoal tindak-tanduk manusia dekade ini -khususnya pemuda-pemudi- seperti telah kehilangan jati-diri dan keotentikannya. Tengok! Bunyi gadget lebih didahulukan dari pada panggilan orang tua, layar Tv lebih ditekuni dari pada tempat/rumah ibadah suci, menerima twit didunia maya lebih bangga dari pada disapa sanak saudara di alam nyata. Bahkan, seruan Tuhan sering kali ditempatkan dinomor yang kesekian dan kadang dimuntahkan. Begitu naifnya!

Dehumanisasi (baca: peroses menjelentrehkan nilai-nilai kemanusiaan) secarang terang-terangan dipertontonkan dan dicuatkan kepermukaan oleh beberapa manusia. Hal ini bisa ditengok dari; kekhusuk-an, ketekunan, cara memperlakukan individu terhadap media sosial (medaso). Masing-masing individu asyik dan senyam-senyum sendiri dihadapan hand phon, layar Tv juga bentuk media lain. Celakanya, individu macam tersebut -sepertinya- membuang muka saat disapa di alam nyata.

Mereka lebih rajin meng-update status dibanding tahannust (baca: mendekatkan sedekat-dekatnya dengan Tuhan), lebih sering memposting gerutu dibanding membaca buku. Medsos menjadi tempat curhat hingga pikun waktu berkhalwat (baca: bercumbu-rayu dengan Tuhan). Mungkin mereka menerka keluh-kesahnya akan didengar, lalu, kegalauannya bisa terobati. Padahal sejatinya tidak begitu (lihat QS. Ar-Ra'du: 28). Akibatnya, gereja nampak sepi, diskotik kelihatan reme. Begitupun masjid sunyi, mall-mall pada antri.

Pada hakikatnya, individu telah menukar kemanusiaan dengan kebendaan, membarter kesenangan akhirat dengan kenyamanan sesaat, mengorbankan yang nyata menuju yang maya, dan mengaburkan kontemplasi menjadi konspirasi. Serta masih banyak lagi godaan-godaan yang promotori oleh medasos hingga menyeret individu pada dehumanisasi yakni tidak lagi memanusiakan manusia. Tetapi justru sebaliknya, mengkrucut pada memanusiakan benda. Konsekuwensinya, manusia kehilangan orisinilitasnya.

Akhirnya, manusia mengangkangi gelarnya sebagai ahsani taqwiim (sebaik-baik bentuk), Tuhan diduakan bahkan ditinggalkan yang selanjutnya menjerumuskan individu itu sendiri pada jurang-jurang kegelapan, kesesatan, kekacauan, dan ke-egoan. Sehingga muncul manusia -yang hanya jasadnya berwajah manusia, tetapi- karakter yang ditonjolkan adalah karekter kehewanan. Begitulah medsos telah mempelintir dan menjelentrehkan manusia pun kemanusiaannya.

Hal ini dperkuat oleh Professor Komunikasi Universitas Stanford Amerika, Byron Reeves dan Cliford Nass melalui teori aquasi media yang berasumsi bahwa media seperti manusia yakni memanusiakan benda, media layaknya manusia yang bisa melakukan apa saja sesuai kehendak manusia serta media bagai bebas mendikte manusia dan bahkan media bisa lebih garang dari pada manusia. Meskipun teori ini relatif muda umurnya didunia komunikasi massa yakni pada tahun 1996, tapi perannya begitu nyata terlihat.

Penulis Tuan Rumah dihttps://gubugkaryaku.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun