Kembali Ke Makassar
Sering nasib bergulir begitu saja, tak dinyana. Garis tangan mengarahkan saya harus kembali ke Makassar.
Empat tahun lebih bertugas di kantor pusat Pelindo2 Tanjung Priok Jakarta. Menjalani periode mendebarkan sarat pembelajaran. Sempat puluhan kali menengok kematian. Terpapar serangkaian sakit yang datang tanpa permisi, tiba tiba menyerang. Tanpa mengetuk pintu memberi pertanda. Alhamdulillah tetap mampu bertahan, sehat walafiat.
Waktu berlalu meluncur ke bulan Agustus 2013, saya ditunjuk menjadi dirut Pelindo4. Harus kembali berkantor di Makassar.
Pagi itu di kantor Meneg BUMN usai penyerahan SK, saya dengan pak Harry Sutanto berdua berbincang. Pak Harry adalah dirut yang saya gantikan dan juga sahabat sejak lama di Pelindo2.
Kami berdua telah menjalankan tugas bersama sama dan mengalami hal hal tak terduga. Misalnya ketika usai dinas di Auckland, New Zealand mestinya bisa langsung kembali ke Jakarta. Tetapi harus terbang dulu ke Melbourne Australia. Karena direktur kami yang mestinya menyusul ke Auckland mendapat serangan jantung dan opname di Melbourne. Kami kehabisan duit karena penerbangan tambahan yang tidak direncanakan. Berhari hari harus berhemat di Melbourne.
Kami juga disatukan dalam tugas tugas berbagai tim. Banyak suka duka kami alami bersama.
Duduk berdua di ruangan entah apa di kantor kementerian, saya menyampaikan rasa tidak enak menggantikannya. Pak Harry memahami, bahkan merasa senang saya yang menggantikannya. Pak Harry juga menyampaikan poin poin posisi dan hal hal yang perlu mendapat perhatian khusus di Pelindo4.
Saya lega merasakan pak Harry legowo.
Merenungi Tantangan dan Peluang Kepemimpinan
Adakalanya seseorang sangat antusias ingin meraih takdir yang diinginkan. Tak jarang pula ada orang menerima takdir sebagai imbas, tanpa berlari mengejar. Barangkali selama ini untuk urusan itu saya termasuk yang nomer dua.