Dulu sekali, saya suka Zaskia Mecca. Sebelum dia dilamar jadi milik sutradara ternama, dia adalah favorit di layar kaca. Wajahnya yang ayu, putih, dengan rona khas wanita Sunda membuat saya terkagum.
Jangan tanya, apakah saya menginginkannya atau tidak? Saya bahkan berharap punya istri seperti dia.
Tapi idola hanyalah idola. Mereka tampak memesona pada layar, tetapi kenyataan, make-up mereka yang pudar menunjukan tampilan apa adanya. Ada yang tetap cantik, ada yang kurang menarik.
Khusus Zaskia Mecca, ,lain cerita.
Bukan karena Zaskia Mecca adalah idola. Wajah putihnya itu tetap ada, bahkan ketika saya berjumpa dengannya. Tidak dalam layar kaca, tapi berdampingan bersamanya dalam satu foto yang mungkin bisa diceritakan pada generasi anakku nanti.
“Kakek, siapakah wanita yang ada di foto ini? Ini nenek yah waktu muda?” kebayang pertanyaan semacam itu dilontarkan cucuku nanti saat melihat foto yang ada di header tulisan ini.
[caption caption="Zaskia Adya Mecca dan Saya"][/caption]
“Bukan, nak, dulu dia idola kakek, sempat kakek deketin, tapi kakek kurang populer. Maklum kakek cuman penulis dunia maya sedangkan suaminya sutradara beken dan ternama” Jawaban mengada-ngada dari mulutku nanti.