Banyak orang bermimpi bikin startup teknologi. Punya aplikasi keren, platform yang bisa dipakai banyak orang, atau solusi digital yang katanya bisa mengubah dunia. Tapi setelah semangat awal, kenyataannya nggak sedikit bisnis teknologi yang tersandung di hal paling sederhana seperti mengelola keuangan.
Di dunia startup, sering kali semua energi habis buat ngurus produk dan marketing. Tim sibuk mikirin bagaimana caranya aplikasinya dikenal orang, atau gimana cari investor biar perusahaan bisa terus hidup. Sayangnya, kalau kas nggak diatur dengan baik, bahkan produk secanggih apa pun bisa tumbang sebelum waktunya.
Pernah ada cerita, satu perusahaan rintisan punya ide cemerlang dan berhasil dapat pendanaan. Tapi karena nggak ada manajemen kas yang jelas, uang habis begitu saja untuk biaya operasional yang sebenarnya bisa ditekan. Akhirnya, sebelum mencapai target pasar, mereka harus gulung tikar. Sayang banget, kan?
Di sisi lain, ada juga startup kecil yang nggak punya dana investor besar, tapi karena disiplin mengatur arus kas, mereka bisa bertahan, bahkan tumbuh stabil. Kuncinya sederhana tahu kapan harus hemat, kapan berani ambil risiko, dan bagaimana mengelola pembiayaan dengan bijak.
Inilah kenapa pengelolaan kas dan strategi pembiayaan jadi tulang punggung bisnis teknologi. Bukan sekadar soal menghitung pemasukan dan pengeluaran, tapi juga bagaimana membaca tren, memahami pola pengeluaran, serta merancang strategi pembiayaan yang realistis. Apalagi di era digital yang perubahannya cepat, kesalahan kecil dalam manajemen keuangan bisa berujung fatal.
Banyak orang mengira kemampuan ini hanya bisa dimiliki oleh orang dengan latar belakang akuntansi atau finansial. Padahal, kenyataannya bisa dipelajari siapa saja, termasuk founder atau manajer non-finansial. Sekarang ada cukup banyak pelatihan yang membahas hal ini dengan cara praktis, salah satunya yang sering disebut teman-teman adalah pelatihan dari Karya Training. Formatnya biasanya dibuat ringan, dengan contoh nyata dari kasus bisnis teknologi, sehingga bukan cuma teori di atas kertas.
Dari sana, peserta bisa lebih paham bagaimana bikin proyeksi kas, menyusun strategi pembiayaan, sampai cara bicara dengan calon investor dengan data yang solid. Hasilnya, pengelolaan keuangan nggak lagi jadi momok, tapi jadi senjata untuk bertahan dan tumbuh di tengah persaingan.
Karena pada akhirnya, bisnis teknologi bukan hanya soal ide cerdas atau produk yang keren. Tanpa pondasi keuangan yang sehat, semua itu bisa runtuh dalam sekejap. Jadi, sebelum buru-buru cari investor atau membakar uang untuk promosi besar-besaran, ada baiknya belajar dulu cara mengelola kas dan pembiayaan dengan benar.
Kalau perusahaan teknologi punya strategi finansial yang matang, perjalanan bisnis bukan cuma sekadar bertahan hidup, tapi juga bisa melaju lebih jauh dengan percaya diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI