Mohon tunggu...
MULYANI ANGGY PUTRI
MULYANI ANGGY PUTRI Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama

CGP Angkatan 1-Kota Pekanbaru-Riau _SMPN 37 Fasilitator : Budi Hartono Guru Pendamping: Fitria Novita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Coaching-Mulyani Anggy Putri-CGP Angkatan 1-Kota Pekanbaru -Riau-SMPN 37 Pekanbaru

25 Maret 2021   16:03 Diperbarui: 25 Maret 2021   16:23 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Grant 1999, Koaching merupakan proses kolabrasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Sedangkan Coaching menurut Zeus and Skiffington adalah sebuah percakapan, dialog saat seorang coach dan seseorang berinteraksi dalam sebuah komunikasi yang dinamis untuk mencapai tujuan, meningkatkan kinerja dan menuntun seseorang mencapai keberhasilannya.

Sedangkan konsep coaching dalam lingkup pendidikan yang diperankan oleh guru adalah upaya yang dilakukan untuk mengarahkan atau menuntun anak didiknya dalam meningkatkan kemampuan, melejitkan jati diri serta potensi yang dimilikinya. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan dalam filosofi Kihajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan dilakukan untuk menuntun tumbuh atau hidupnya kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya sehingga siswa dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi dalam proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, maka sebagai pamong guru dapat menuntun murid melalui pertanyaan-pertanyaan yang reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak dapat terpancar didirinya sebagai sosok yang merdeka dalam belajar dan menentukan pilihan hidupnya.

Dalam menerapkan keterampilan berkomunikasi yang memberdayakan, prinsip yang menjadi perhatian utama dalam proses coaching adalah proses dialog atau komunikasi yang dilakukan bersama murid itu sifatnya kemitraan, fokus pada menggali potensi murd melalui proses dialog (bukan chatting) sehingga murid dapat menemukan solusi dan membuat kesimpulan terhadap situasi yang sedang ia hadapi. Inilah yang menjadi penyebab mengapa proses coaching penting dilakukan agar aktivasi kerja otak murid dapat berjalan optimal melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diajukan sehingga murid dapat melakukan metakognisi agar lebih berpikir secara kritis.

Proses coaching, mentoring dan konseling berbeda dari segi tujuan, hubungan maupun keahlian yakni coaching bertujuan untuk mengarahkan coachee untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya. Bersifat kemitraan yang setara dengan coachee. Coach hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusan sendiri. Proses coaching ini bisa saja dilakukan oleh seseorang yang ahli, guru, teman atau rekan kerja. Mentoring membagikan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya. Hubungan ini hanya bersifat antara seseorang yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman dengan memberikan tips bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau mencapai sesuatu. Mentoring ini dilakukan oleh mentor yang berpengalaman dibidangnya. Dan konseling dilakukan untuk membantu konseli dalam memecahkan masalahnya. Hubungan antara konselor dan konseli bersifat hubungan antara seorang ahli dengan seseorang yang membutuhkan bantuan dan konselor tersebut bisa saja secara langsung memberikan solusi. Konselor adalah seseorang yang ahli dibidangnya.

Pola pikir seorang coach adalah coach harus memandang coacheenya sebagai pusat. Coach bersifat terbuka dan ingin tahu lebih banyak. Coach menyadari semua yang terjadi setiap saat. Coach membantu coachee melihat peluang-peluang baru.

Keterampilan dasar coaching yang harus dimiliki saat berperan sebagai coach yaitu keterampilan membangun hubungan baik (kemitraan), keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan memfasilitasi pembelajaran. Menurut Brett Morrison, ada 4 keterampilan berkomunikasi yang memberdayakan yaitu; 1. komunikasi asertif. Hal yang dapat dilakukan dalam komunikasi asertif adalah mamahmi gaya komunikasi manusia, komunikasi untuk membangun relasi dengan memunculkan rasa nyaman dan percaya, menyamakan posisi diri dengan lawan bicara, dan membangun respect, 2. Pendengar Aktif yaitu mendengarkan dengan RASA (R: Receive=Perhatikan, A: Appreciate=Memberi sinyal anda mendengarkan, A: Ask=Ajukan pertanyaan untuk memperdalam, S: Summarize=Rangkum yang anda tangkap. 3. Bertanya efektif yaitu terbuka, fokus pada tujuan, reflektif, mengukur pemahaman, eksplorasi dan aksi. Dan 4. Umpan balik positif.

Dalam lingkup pendidikan, proses coaching Model TIRTA dapat diterapkan sebagai pengembangan proses coaching dari GROW model. TIRTA berasal dari kata sansekerta yang berarti air. Dalam hal ini murid diibaratkan seperti air dan tugas guru adalah memastikan air dapat mengalir tanpa sumbatan. Dengan demikian coachinglah yang menjadi alat yang digunakan untuk menyingkirkan sumbatan. Model TIRTA bermakna T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana Aksi, TA: Tanggung jawab.

Jika dikaitkan dengan pembelajaran berdifferensiasi maka sebagai guru yang berperan dalam memfasilitasi pembelajaran maka ia akan berusaha untuk menyesuaikan pembelajaran yang akan dilakukannya agar dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang dipetakannya berdasarkan minat, kesiapan belajar, dan profil siswa. Sedangkan jika dikaitkan dengan pembelajaran KSE, Teknik STOP dapat diterapkan saat guru melakukan proses Coaching. Disamping itu dengan keterampilan siswa dalam berkesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi dan keterampilan mengambil keputusan yang bertanggung jawab diharapkan dapat membantu siswa dalam  menentukan arah hidupnya agar menjadi lebih baik.

Sebagai refleksi diri saya yang berperan sebagai pendidik dalam pembelajaran  coaching ini adalah  dapat membantu saya dalam menuntun dan memfasilitasi peserta didik sebagai sosok yang merdeka belajar dan merdeka dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya supaya tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya sehingga ia akan hidup selamat dan bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun