Mohon tunggu...
Muktar Bona
Muktar Bona Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

langkah kaki

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tangis Goresan Tinta

15 Desember 2017   17:11 Diperbarui: 15 Desember 2017   17:45 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Goresan keintelektualan yang lahir berwujud Buku kehilangan eksistensinya yang tereksekusi oleh kecanggihan teknologi sebagai dampak moderenisasi yang membuat degradasi kemandirian dengan keterlenaan yang menghantarkan dunia nyata menuju dunia maya.buku adalah goresan-goresan mungil dari keintelektualan manusia sebagai mediasi terbaik yang kehilangan fitrahnya sebagai kamus keilmuan dan wawasan yang tak lepas fungsinya. Hal itu berhubugan dengan maha-siswa sebagai harapan masyarakat untuk menyongsong  jalannya rotasi kehidupan dan dianggap mempuni dalam segi intelektualitas yang berguna menghadirkan perubahan.

Tetapi mahasiswa saat ini dengan motivasi tinggi yang dimiliki untuk melakukan perubahan tidak memiliki hasrat untuk membaca buku. dominan mahasiswa saat ini tampil dengan wajah kekinian bergaya hedonis yang dikelilingi godaan kenikmatan duniawi dalam bentuk teknologi canggih memandang goresan tinta yang lahir dari keintelektualan manusia adalah huruf-huruf mungil  yang tidak menimbulkan hasrat keindahan untuk memahami isi dari kumpulan goresan tinta yang disebut buku.

Maha-siswa di timang-timang oleh kecanggihan teknologi produk-produk barat seperti gadjed yang diisi dengan foto-foto selfie dan games yang secara tidak sadar dapat mengganggu psikologi dan mindset manusia,ini merupakan bentuk disfungsi dari teknologi canggih. Hal ini menyebabkan kesedihan yang  berujung tangisan dari huruf-huruf mungil melihat ketidaksadaran maha-siswa yang memalukan sebagai penyandang status seorang siswa tertinggi yang artinya telah siap membawa guncangan perubahan tetapi tidak dapat mengoptimalkan kesempatan yang dimiliki dengan baik.

Apakah dengan tangisan benda mati ini adalah sindiran untuk mahasiswa yang hidupnya diisi dengan hedonis atau hura-hura,ke-apatis-an dan ketidak sadaran diri maha-siswa sebagai kaum inteletual?apakah cukup rutinitas diisi dengan chatingan alay?apakah sebagai seorang maha-siswa tidak ingin disebut sebagai seorang yang intelek?apa yang sebenarnya harus  dilakukan?

cukup menjadi renungan.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun