Memang, sih, ada banyak faktor yang mengawal lancarnya sebuah proses belajar. Bisa niat kedua belah pihak, mutu materi, cara penyampaian dan kondisi tempat ataupun psikis pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
Hm.. Tapi saya hendak menyoroti hal pertama yang mesti ada : niat. Tentu saya tidak akan menulis tentang pahala setiap amal itu bergantung niat. Bukan, bukan itu. Beda kamar, meski objeknya sama.
Seturut dengan teladan dari Aini, tekad belajar menduhului segalanya.
Â
Kesadaran Belajar a.k.a Consciousness
Niat, tekad, alias keinginan belajar, mungkin bolehlah kita samakan dengan istilah kesadaran belajar. Consciousness kalau kata William James. Apa itu?Â
Sebentuk dorongan ingin tahu dari dalam yang kemudian menggerakkan pikiran dan perbuatan untuk mencari jawab dari rasa ingin tahu tersebut. Itu kalau kata saya. Lebih kurang begitulah, agar kita paham di alur yang sama.
Saya punya teori tersendiri, yang tentu saja belum diuji secara ilmiah. Menurut saya, sekian ratus strategi, metode dan model pembelajaran yang sekarang menjadi materi wajib dikuasai oleh para calon pendidik, ditujukan bagi mereka yang justru belum menemukan kesadaran belajar sendiri. Belum menemukan jawaban, apa yang dicari di kelas ini? Mau belajar apa? Mengapa harus belajar ini?
Tentu seorang guru yang keren adalah guru yang mampu menggunakan metode yang tepat untuk anak didiknya. Namun anak didik yang keren adalah mereka yang mampu menetapkan tujuan yang ingin mereka gapai. Bila sudah tahu mau apa, maka mereka akan gigih mencari jawaban dari apa yang mereka ingin tahu. Jalannya akan ditunjukkan oleh sang guru yang keren tadi. Klop sudah. Tekad bulat, dihantar ke jalan yang lurus.
Lihatlah, entah di rumah ataupun lembaga pendidikan formal, keluhan tentang ketekunan belajar selalu hadir. Apatah lagi masa di belajar daring sekarang. Bisa jadi pangkal masalah ada di kultur belajar kita yang mengedepankan pencapaian nilai, pengejaran standar-standar, jauh dari mengutamakan penanaman kesadaran belajar terlebih dahulu. Siapa yang salah? Entahlah. Benang kusut, kan?
Kesadaran belajar tentu dipantik dari kejelasan sebuah tujuan belajar. Anak didik mau jadi apa? Mau cari apa? Mau menguasai apa agar mencapai tujuan. Maaf, bukan tujuan pendidikan nasional yang saya maksud. Namun tujuan belajar secara personal. Pengembangan diri masing-masing anak didik.
Oh, tentu saja akan sangat kompleks bila dibenturkan dengan sistem pendidikan yang biasa kita jalani. Yah, sejak kapan sistem pendidikan tak bikin kening berkerut? Hehe.