Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mahasiswa Langka Itu Bernama Muhammad Kasim Arifin?

10 Februari 2022   00:05 Diperbarui: 10 Februari 2022   00:10 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: timur-angin.com

Hanna Rambe dalam bukunya yang berjudul "Seseorang Lelaki Di Waimital" cerinta inspiratif dan kisah haru dari seorang yang bernama Muhammad Kasim Arifin.

Pemuda Indonesia dan salah satu dari mahasiswa kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Yang berhasil mengukir namanya dalam tinta emas, inspirasi bagi setiap generasi.

Berangkat dari kisah nyata, namanya menjadi harum dan memberikan kesan mendalam di hati masyarakat Waimital. Atas kontribusi besar dunia pertanian, lahan persawahan petani Waimital.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1964, kala Kasim mengikuti tugas perkuliahan. Program praktik lapangan mahasiswa di masyarakat yang kita kenal istilah Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Ditempatkan didaerah Indonesia bagian Timur, tepatnya Propinsi Maluku pulau Seram, Waimital tempatnya. Kasim menjalankan/melalsanakan amanah almamaternya.

Di Waimital terketuk hati, jiwanya terpanggil untuk berbuat sesuatu pada masyarakat. Berbekal ilmu dibangku perkuliahan ia coba terapkan.

Status mahasiswa aktif ia lepas, terjun langsung ke lahan persawahan masyarakat. Dengan berpenampilan layaknya masyarakat petani pada umumnya.

Mengelolah lahan persawahan bersama masyarakat Waimital. Bergotong royong dan membangun berbagai akses untuk menunjang kemakmuran para petani, mengelolah tanah persawahan.

Merintis jalan baru, membangun pengairan (irigasi), mencetak lahan sawah baru, serta menumbuhkan semangat kebersamaan masyarakat Kasim lakukan.

Bergerak karena kesadaran bersama, memantik inisiasi sendiri tanpa harus menunggu uluran tangan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun