Tragedi Demokrat? SBY ketakutan, AHY turun dari tampuk kepemimpinan
Terpilihnya Moeldoko sebagai ketua umum partai Demokrat yang baru versi KLB Deli Serdang  pada hari Jumat kemarin. Jelas dan final menurut pihak yang berpartisipasi menyuseskan penyelenggaraan kongres.
Namun sudah barang tentu tidak bagi pihak pendukung AHY, yang jelas menentang KLB Deli Serdang adalah tindakan ilegal tidak sesuai dengan anggaran dasar rumah tangga partai, bagi pihak yang pro AHY bukan.
Tudingan demi tudingan, bantahan demi bantahan, pro dan kontra keniscayaan antar dua kubu berseberangan yang selama ini sudah ketara bau-bau perselisihan internal sebelum pelaksanaan KLB Â pun telah terasa panasnya.
Dan publik menyimak tindaktanduk dari sang ketua umum bersikap menghadapi kisruh internal yang berupaya tuk menggantikan keposisian sang ketua.Â
Hal ini dapat disimak dari cuitan elit-elit parpol dimedia massa/media sosial yang bermuara ada apa dengan internal Demokrat. Ujungnya menyasar ke hal lebih serius, AHY jadi juga diturunkan walaupun hanya dari versi KLB Deli Serdang.
Seperti membuka aib partai ke khalayak umum, bak seorang kepala rumah tangga yang seolah-olah belum mampu tuk memimpin keluarganya sendiri, mendamai/berdamai dengan sesama anggota keluarga, pasca dinobatkan sebagai orang punya kuasa penuh dalam urusan rumah tangga sendiri.
Serta keraguan dengan taring sendiri, lalu berupaya melibatkan para warga untuk mempersepsikan kegaduhan dirumahnya, karena ulah dari salah satu perangkat desa bawahan kepala desa. Yang ikut serta campur tangan dalam kegaduhan.
Alih-alih mendapatkan simpati warga, mendapatkan respon dari kepala desa, justru kepala desa berkata: maaf saya tidak mesti terlalu mendalami kisruh adik-kakak dalam keluarga anda, yang sebenarnya kuncinya hanya ditanganmu mestinya kelar deh urusan gituan.
Urusan pribadi anda, kan bukan kepentingan untuk masyarakat. Yang mesti saya pikir kata pak kepala desa, masalah desa yang lebih utamakan. Maaf, menyangkut dengan perangkat saya, mungkin Anda langsung saja berhubungan dengan beliau, karena urusan bersifat pribadi kan.
Apes, niat sebenarnya tuk melibat kepala desa gagal nih. Lepas tangan bapak nih, enggak jadi deh, membangun opini didesa tuk menghitamkan imagenya, gagal deh jadi calon pilkades nanti, boro boro dukungan kini justru saya yang disalahkan. Yang dianggap tidak becus belum mampu ngurusin gituan. Yang sangat ditakutkan si Anu yang mengambil posisi saya jadi kepala rumahtangga, mungkin Bapak bisa bantu, gumamnya.