Istilah Baru dari Kata Golput dan Rendahnya Partisipan Pemilih Menggunakan Hak Pilih
Bandung Marga 9 Desember 2020. Pukul 11 saya berangkat menuju TPS untuk menggunakan hak suara dalam Pilkada tahun ini. Memilih calon Gubernur Provinsi Bengkulu dan Bupati Kabupaten Rejang Lebong.
Dalam hati berkata semoga suara saya tidak menjadi kesia-siaan. Dan siapa pun yang terpilih nanti merupakan sosok pemimpin yang diharapkan semua, yang mampu menjalankan roda pemerintahan menuju suatu perubahan.
Sebelum melakukan pencoblosan, saya sempat berbincang ngalor ngidul tentang suasana Pilkada disertai perbedaan dari Pilkada sebelumnya. Baik dari sensi dan tensi politis yang dirasakan.
Pastinya, perbincangan pun tidak luput dari kamus perdebatan, silang pendapat dalam menilai paslon tertentu. Dan cenderung bersifat subyektif, saling unggul mengunggulkan, serta saling jatuh menjatuhkan. Berhubung akan pilihan masing-masing.
Sehingga irama perbincangan lebih tertuju pada konteks Pilkada itu sendiri. Perbedaan jelas terlihat dari mimik wajah serta gestur tubuh di antara aku, kamu, kami dan kita.
Namun asyik loh berbincang seperti ini. Momen asyik sebagai ajang kumpul-kumpul yang jarang terjadi karena kesibukan beraktivitas kan, Pilkada seakan memberi ruang waktu untuk berkumpul bersama.
Cerdasnya, walaupun sengit tidak terjadi pergesekan yang memicu konflik, sebab semua telah memahami dinamika politik. Dalam perumpamaan jangan sampai orang yang jadi pemimpin, kita yang akhirnya bermusuhan. Karena berbeda pilihan, akur-akur wae hehe...
Adapun lawan bincang ala ILC dadakan versi rakyat awam saat Pilkada.
1. Saksi para calon baik saksi dalam maupun luar.
2. Tim sukses calon di desa yang dikenal koordinator desa (kordes).
3. Panitia penyelenggara (PPS dan Panwas Desa).
4. Masyarakat biasa termasuk saya.
5. Linmas/hansip
Sebagai pendengar dan penyimak baik. Maka, dalam kesimpulan reportase Pilkada hari ini di dua TPS desa saya dengan mereka sebagai narasumber. Tingginya angka golput/rendahnya partisipan pemilih dalam menggunakan hak suara. Menurutku. Semoga di daerah Kompasianer tidak terjadi atau justru sama.
Tingginya Angka Golput
Menurut mereka presentase partisipan pemilih kali ini seperti mengalami penurunan dari Pilkada sebelumnya dan Pilpres tahun kemarin. Mungkin karena sosialisi pemilu terkesan pasif, iklim politik dilanda pandemi, calon kurang 'gerget', kejenuhan masyarakat, atau cuaca tak mendukung karena musim hujan.