Perkembangan keragaman dan kerukunan di Indonesia diambang sebuah kekhawatiran besar jika tidak dicarikan sebuah alternativ yang tepat.Â
Permasalahan intoleransi kerap muncul dipermukaan dan hanya dibahas dalam ajang seminar ilmiah. Konsep menumbuhkan dan mempertahankan toleransi sesama warga Negara masih ditataran teoritis. Faktanya, kekerasan, main hakim sendiri, brutal, anarkisme semakin marak terjadi.
Mungkinkah Disintegrasi bangsa akan terjadi. Dimana gerakan-gerakan yang mengatasnamakan organisasi masyarakat dengan background 'SARA" semakin tumbuh subur di setiap daerah. Yang terkadang semakin liar menerjang hukum dan norma berlaku.
Dan cenderung merasa benar sendiri menganggap orang lain yang berseberangan pemahamn adalah musuh yang mesti disingkirkan. Berakibat, muncul-lah jentik-jentik pemicu konflik dan sikap "intoleransi".
Perkembangan ini semakin luas dan memiliki magnet yang besar. Hal ini dibuktikan semakin banyaknya pengikut (simpatisan) kelompok-kelompok massa bersifat sectarian yang bertentangan dengan hukum di tanah air. Pemahaman seperti menjamur di berbagai daerah hingga ke perkampungan.
Menurut pemahaman awamku tentang fenomena yang terjadi. Baik dalam kontekstual atau tekstual apakah itu, dalam Islam khususnya menentang setiap perbuatan yang merugikan dan sikap brutal pemicu kehancuran. Dalam kacamata Islam, Islam adalah Rahmatan Lil Alamin. Islam adalah agama yang cinta damai.
Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha mengenal. (Qs. Al-Hujarat: 13)
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Hujarat: 12)
Dan tidaklah kami memutuskan kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Qs. Al-Anbiya: 107)
Dari hal ini saya terngiang akan ajaran guru sewaktu di SMP tentang konsep kerukunan beragama. Pertama kerukunan umat seagama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.
"Agama Mu, Agama Ku, Agama Kita" (Gusdur)