Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ada "Invisible Hand" Ketika Orang Bekerja "Tersesat" di Jalan yang Benar

27 Maret 2021   22:18 Diperbarui: 28 Maret 2021   19:12 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonom Anggito Abimanyua.(KOMPAS.COM/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Ada yang bilang, Life is never flat. Hidup itu tak pernah mulus, datar terus. Tak selamanya begitu. Artinya, hidup itu kadang berliku-liku dan berkelok-kelok. Zig-zag. 

Dan itulah yang namanya hidup. Justru karena begitu, hidup akan menjadi indah dan tidak membosankan. Seninya hidup ya seperti itu. 

Apa yang kita inginkan sering tidak sesuai dengan kenyataan. Maunya begitu, tapi tahu-tahu dapat begini. Pengin begini, nyatanya begitu. Hidup memang kadang begitu. 

Pun dalam soal pekerjaan atau profesi. Banyak orang malah bekerja dan berprofesi takselaras dan taksesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahliannya. Artinya, pekerjaan dan profesi yang digelutinya sangat bertolak belakang dengan latar belakang keilmuan atau pendidikannya.

Pertanyaannya, lantas kenapa bisa begitu? Dan faktor apa sebenarnya yang mendasarinya? 

Invisable Hand, Supply and Demand

Ketika Anggito Abimanyu diangkat sebagai Direktur Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, ia mengatakan bahwa ia "tersesat" di jalan yang benar. Ia seperti sedang bermimpi mendapat jabatan itu. Karena ia menganggap takselaras dengan latar belakang keilmuanya dalam bidang perekonomian dan keuangan.

Sekilas orang mungkin berpikir, bagaimana mungkin seorang Anggito Abimanyu yang notabene ekonom, memiliki spesialisasi dan profesionalitas di bidang perekonomian dan keuangan, lalu mendadak menjadi seorang direktur yang mengurusi penyelenggaraan haji dan umrah di Kementerian Agama.

Lazimnya, yang diangkat menjadi Direktur Penyelenggaraan Haji dan Umrah itu selalu orang yang punya latar belakang dan mengerti soal-soal yang berkaitan dengan syariat haji dan umrah, atau paling tidak, pejabat karir (intern Kementerian Agama). 

Adalah orang-orang yang dianggap mengerti seluk-beluk penyelenggaraan dan pelaksanaan haji dan umrah yang lebih mengarah pada soal ritual agama. Artinya, logika umum mengatakan bahwa yang layak dan pantas menduduki jabatan itu adalah "orang agama" bukan "orang ekonomi". 

Maka, ada kesan, bahwa apa tidak salah itu menempatkan seorang Anggito Abimanyu yang mumpuni dan ahli di bidang ekonomi dan keuangan pada jabatan direktur yang mengurusi penyelanggaraan haji dan umrah Kementerian Agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun