Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Akhirnya, Masker dan Berjemur "Fardu 'Ain"

6 April 2020   13:04 Diperbarui: 6 April 2020   21:28 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster seniman Italia Salvatore Benintende yang menggambarkan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci mengenakan masker. | Foto: m.liputan6.com

Ketika merebak Covid-19, soal penggunaan masker sempat menjadi silang pendapat dan kontroversi. Awalnya dinyatakan hanya diperuntukkan bagi orang yang sakit. Dan tidak perlu digunakan bagi orang yang sehat.

Masyarakat meresponsnya beragam. Mau sehat atau sakit tetap mewajibkan dirinya untuk pakai masker. Jadi, ke mana-mana selalu pakai masker. Ada juga, bagi yang sehat, santai-santai saja tak menggunakan masker, mengikuti anjuran bahwa yang sakit saja yang wajib pakai masker.

Akhirnya, mulai kemarin (05/04/2020), juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, tumben terlihat memakai masker saat konferensi pers. Terlihat tidak lazim dan ada yang berbeda dari penampilan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 ini. Karena biasanya tanpa masker.

Ia pun menyampaikan bahwa mulai sekarang semua masyarakat diwajibkan memakai masker. Tidak sebatas orang yang sakit saja. Tujuannya jelas memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini. Karena setiap orang tidak bisa dipastikan terpapar virus corona atau tidak. Untuk jaga-jaga, pakai saja masker.

Sekarang, akhirnya masker itu hukumnya "fardu 'ain" (wajib bagi setiap orang). Karena kemarin-kemarin baru sebatas "fardu kifayah" (hanya diwajibkan bagi yang sakit saja). Makanya, mulai sekarang, usahakan semuanya selalu gunakan masker ke mana pun, demi menjaga dari terpaparnya virus corona. Jangan ambil risiko.

Covid-19 ini sedikit banyak memang mengubah kebiasaan orang. Biasanya setiap orang mudah untuk bertemu muka, kapan pun dan di mana pun. Sekarang tidak. Komunikasi dan bertemu hanya bisa dilakukan lewat daring dan dunia maya. Ketemu luring sangat dibatasi.

Harus jaga jarak sosial, dan kontak langsung. Jika pun dilakukan karena mendesak dan penting. Itu juga ke mana-mana harus pakai masker.

Kebiasaan yang lain, adalah fenomena orang berjemur di bawah cahaya matahari di pagi hari. Mengambil vitamin D yang masih gratis, katanya (apa ya ke depan cahaya matahari pun berbayar?).

Di saat penyebaran Covid-19 begitu massif dan cepat, orang beramai-ramai  berjemur menghangatkan tubuh. Karena konon virus yang satu ini sangat suka pada kondisi suhu yang lembab dan dingin. Makanya, ada yang bilang kalau bisa hindari AC, dan jangan sering-sering berada pada ruangan ber-AC untuk sementara waktu sekarang ini. 

Itulah kenapa hari-hari belakangan orang mengganggap berjemur sudah menjadi kewajiban rutin setiap pagi, semacam "fardu 'ain" saja, sehingga rasanya "berdosa" jika tidak berjemur. 

Cahaya matahari yang biasanya dihindari, khususnya bagi yang memiliki kulit sensitif, justru saat ini dicari dan orang betah berlama-lama berada di bawah paparan terik matahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun