Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sibuk Persiapan Kuliah ke Luar Negeri, Padahal Belum Bermanfaat bagi Warga Setempat

23 Agustus 2021   14:14 Diperbarui: 23 Agustus 2021   14:25 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jika Sekolah Tinggi Justru Membuat Manusia Enggan Terjun Ke Masyarakat, Lebih Baik Sekolah Dibubarkan Saja" (Emha Ainun Nadjib)

Siapa yang tak mau berkuliah ke luar negeri? Mungkin sebagian pembaca akan mengatakan bahwa tak ada yang tak mau kuliah ke luar negri, sayangnya pernyataan tersebut telah terbantah di sini, saya pribadi tak mau kuliah ke luar negeri sebelum memberikan manfaat yang berarti di negeri ini.

Dengan bekal analisis empiris saya, seringkali saya dapati keinginan kuliah ke luar negeri yang amat tinggi pada pelajar-pelajar di Indonesia, yah kembali ke pertanyaan awal, siapa yang tak ingin kuliah ke luar negri?. 

Essai ini saya khususkan pada pondok-pondok yang sedang semangat tuk membuat muridnya (ingin) berkuliah di luar negeri, namun berdirinya pondok tersebut belum memberikan manfaat yang berarti bagi umat manusia di sekitarnya.

Mental Pasca-Kolonial 

Bagi saya pribadi, hal ini adalah dilema yang tentu menjadi masalah pada identitas bangsa ini, hasrat berkuliah ke luar negeri yang tinggi bila digeneralkan, kita akan mendapati krisis identitas bagi bangsa ini, Jared Diamond dalam 'Guns, Germ and Steel' mengatakan ketakpercayaan diri pada suatu ras atau bangsa berawal dari hegemoni informasi yang membeleggu diri mereka, yang mana belengguan tersebut adalah hasil dari propaganda realitas dan fantasi identitas.

Propaganda realitas adalah rekayasa sejarah dan makna, semisal anggapan seperti yang dikemukakan oleh Herrnstein dan Murray bahwa ras kulit putih lebih cerdas ketimbang ras kulit hitam.

Padahal jika kita telaah lewat perkataan Morrie Schwartz bahwa hal tersebut adalah 'cuci otak' yang mana di sini saya sebut sebagai propaganda, padahal jika kita lihat tak ada kecenderungan biologis dalam kecerdasan, yang menentukan kecerdasan adalah lingkungan, pendidikan dan pikiran.

Fantasi identitas juga dibangun oleh propaganda, semisal penganggapan bahwa identitas kita akan lebih diakui bila kuliah di luar negri, pengalaman kita juga akan semakin banyak ketimbang kuliah di dalam negeri.

Ini adalah fantasi rendah diri yang menganggap bahwa di dalam negeri tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan di luar negeri, fantasi ini adalah dampak dari mental pasca-kolonial yang timbul setelah kita merdeka.

Mental pasca-kolonial dihasilkan oleh stigma para penjajah yang kita emban bersama, yakni stigma bahwa bangsa kita adalah bangsa rendah dan kalah dengan bangsa lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun