Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Global Sumud Flotilla, Solidaritas Kemanusian untuk Gaza Palestina

28 September 2025   07:29 Diperbarui: 28 September 2025   07:29 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza Palestina (X.com/@Emre) 

Krisis kemanusiaan di Gaza kembali menjadi sorotan dunia internasional. Blokade berkepanjangan, serangan udara yang terus meningkat, serta akses bantuan yang semakin tertutup menjadikan wilayah kecil di pesisir Laut Mediterania itu sebagai titik rawan tragedi kemanusiaan global. Dalam kondisi itulah, Global Sumud Flotilla (GSF) muncul sebagai upaya baru untuk menyalurkan bantuan melalui jalur laut, jalur yang penuh risiko namun kini dianggap sebagai satu-satunya alternatif realistis.

Bayangan tentang Gaza hari ini bukan sekadar deretan angka dalam laporan krisis, melainkan kenyataan getir yang menyayat hati. Lebih dari 40 ribu warga sipil telah menjadi korban sejak Israel melancarkan operasi militer pada Oktober 2023. 

Sementara itu, jutaan orang lainnya harus bertahan hidup di tengah blokade yang menutup akses makanan, obat-obatan, hingga listrik. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, 1,1 juta penduduk Gaza kini menghadapi kelaparan ekstrem. Anak-anak yang seharusnya bermain di halaman sekolah justru terbaring lemah menunggu bantuan kemanusiaan yang tak kunjung datang.

Sejak Israel memberlakukan blokade ketat pada tahun 2007, Gaza praktis terisolasi dari dunia luar. Jalur darat kerap ditutup, termasuk perbatasan Rafah yang menjadi pintu penting di selatan. Sementara itu, operasi militer berulang kali menghancurkan infrastruktur vital. Akibatnya, akses bantuan kemanusiaan semakin sulit.

Dalam beberapa minggu terakhir, laporan dari berbagai media internasional menyebutkan jika jalur darat hampir mustahil ditembus. Persediaan obat-obatan, makanan, air bersih, hingga perlengkapan darurat semakin menipis. Jalur laut pun menjadi harapan terakhir, meski perairan di Mediterania Timur sama sekali bukan wilayah yang aman. Kapal-kapal bantuan harus melewati patroli intensif Angkatan Laut Israel, menghadapi ancaman drone, hingga gangguan komunikasi elektronik.

Kondisi inilah yang menggerakkan gelombang solidaritas dari berbagai belahan dunia. Italia dan Spanyol, pada September 2025 ini mengumumkan rencana bersama: mengirimkan armada bantuan kemanusiaan ke Gaza. Kedua negara itu tengah mempersiapkan kapal dengan perlengkapan medis, makanan, serta tim sukarelawan yang siap menembus blokade laut Israel. 

Italia dan Spanyol memutuskan untuk ikut turun tangan secara langsung. Tidak sekadar memberikan dukungan politik atau logistik, keduanya mengerahkan kapal perang modern untuk mengawal armada kemanusiaan. Langkah ini tidak hanya menunjukkan kepedulian pada nasib warga Gaza, tetapi juga menandai perubahan sikap strategis Eropa terhadap konflik yang melibatkan Israel di perairan internasional.

Langkah ini bukan tanpa risiko, sebab jalur laut ke Gaza dikenal sebagai salah satu rute paling berbahaya. Namun, tekad untuk mengirimkan pesan kemanusiaan jauh lebih besar daripada rasa takut akan konsekuensi politik maupun militer.

Bagi masyarakat internasional, inisiatif Italia dan Spanyol bukanlah hal baru. Sejarah mencatat, pada tahun 2010 dunia dikejutkan oleh tragedi Mavi Marmara. Kapal Turki yang menjadi bagian dari armada “Freedom Flotilla” itu diserbu pasukan khusus Israel di perairan internasional. 

Sepuluh aktivis tewas, puluhan lainnya luka-luka. Insiden itu menorehkan luka, tetapi juga menjadi simbol perlawanan damai terhadap blokade yang tak manusiawi. Sejak saat itu, flotilla dikenal sebagai bentuk perlawanan sipil lintas negara yang menekankan prinsip kemanusiaan: membawa bantuan kemanusiaan, bukan senjata.

Kini, semangat itu hidup kembali dalam bentuk Global Sumud Flotilla 2025. Kata “Sumud” sendiri berarti keteguhan atau ketabahan dalam bahasa Arab, sebuah filosofi yang menggambarkan daya tahan rakyat Palestina menghadapi penindasan selama puluhan tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun