Hidup ini sering kali terasa seperti lagu The Winner Takes It All. Dalam banyak momen, kita melihat pemenang seakan membawa pulang semua, sementara yang kalah tak kebagian apa-apa. Lirik yang begitu menyentuh karena begitu dekat dengan kenyataan: dalam percintaan, pekerjaan, kompetisi, bahkan dalam hubungan sehari-hari.
Menang memang menyenangkan. Ada rasa bangga, lega, dan semangat baru yang muncul. Sebaliknya, kalah itu berat. Ada luka yang ditinggalkan, ada kecewa yang membekas, ada rasa ingin menyerah.Â
Tetapi justru dari kekalahan itulah kita sering belajar hal-hal paling berharga. Sayangnya, kita hidup di dunia yang sering hanya menghargai pemenang, seakan-akan kalah berarti gagal total.
Kalau hidup kita pandang hanya dari kacamata menang dan kalah, maka hidup akan terasa sempit dan tidak adil. Sebab, untuk bisa menang satu kali, banyak dari kita harus jatuh berkali-kali, bahkan berpuluh kali. Ada yang harus jatuh lebih lama sebelum akhirnya bisa berdiri.Â
Sementara itu, ada pula orang-orang yang seakan tak pernah kalah. Bukan hanya karena mereka lebih kuat, lebih pintar, atau lebih rajin, tapi karena jalan kemenangan sudah dipersiapkan sejak lahir. Keturunan, koneksi, atau privilese membuat mereka tampak mulus tanpa banyak luka.
Kita semua sering bersinggungan dengan orang-orang seperti itu. Rasanya berat jika hidup terus kita ukur dengan rumus sederhana: menang = berhasil, kalah = gagal. Karena sejak awal, "permainan" ini tidak adil.
Sadar bahwa hidup tidak bisa hanya dihitung dari kalah dan menang. Karena jika terus begitu, kita akan kehabisan energi hanya untuk membandingkan diri dengan orang lain. Belajar untuk berjeda, terus berkembang, dan sebisa mungkin memberi manfaat.
Berjeda itu penting. Kadang hidup memberi kita pukulan begitu keras, sampai rasanya mustahil untuk tetap berdiri tegak. Di titik itu, berhenti sebentar bukanlah tanda menyerah, melainkan cara menjaga diri. Tarik napas, tenangkan hati, beri waktu untuk sembuh. Tidak perlu malu untuk berjeda.
Lalu, bangkit lagi ketika ada tenaga. Saat kamu masih punya sisa semangat, dorong dirimu untuk belajar lagi, mencoba lagi, dan melangkah lagi. Bangkit bukan soal langsung jadi juara, melainkan soal menjadi lebih baik dari dirimu yang kemarin.
Dan ketika sudah berkembang, jangan lupa untuk menebar manfaat. Kenapa? Karena kita yang pernah jatuh berkali-kali, kita yang tahu sakitnya kalah, justru punya empati lebih dalam.Â
Kita bisa membuka jalan bagi orang lain, agar mereka tidak harus jatuh di lubang yang sama. Kita bisa memberi kesempatan bagi mereka untuk merasakan kemenangan mereka sendiri.