Ada masa ketika kebijaksanaan adalah sumber penghormatan.
Orang bijak didengarkan, orang berilmu dihormati, dan ucapan yang lahir dari pikiran jernih menjadi penerang di tengah gelapnya kebodohan.
Namun hari ini, kita hidup di zaman yang berbeda: di mana kedunguan tampil percaya diri, sementara kebijaksanaan kehilangan panggungnya.
Zaman ketika kebenaran tidak lagi diukur dari kedalaman isi, melainkan dari seberapa banyak ia ditonton dan dibagikan.
Kita tengah menyaksikan pergeseran besar --- dari peradaban berpikir ke peradaban berbicara, dari nalar menuju noise.
Dan di tengah kebisingan itu, yang berakal mulai lelah, yang dungu semakin berani.
Manusia yang Tak Lagi Memuliakan Akal
Filsafat klasik mengajarkan bahwa akal adalah martabat tertinggi manusia.
Melalui akal, manusia membedakan diri dari makhluk lain, menimbang baik dan buruk, membangun pengetahuan, dan menemukan kebenaran.
Namun dalam budaya hari ini, akal sering disingkirkan dari percakapan publik.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!