Mohon tunggu...
Muhammad Firdaus
Muhammad Firdaus Mohon Tunggu... Guru - Education, Economic and Political Studies

Pembelajar yang terus belajar. Berdetak untuk bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Money

Menurunkan Biaya Polusi Udara

22 Juni 2022   06:15 Diperbarui: 22 Juni 2022   06:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: theconversation.com

Kebutuhan akan udara yang bersih dan segar mutlak dibutuhkan oleh segenap makhluk hidup dibelahan bumi manapun. Pentingnya kualitas lingkungan dengan udara ang bersih dan sejuk membawa banyak manfaat dan mengurangi munculnya beragam resiko penyakit baru yang dapat dihindari.

Tentu, manfaat yang dimaksud akan sangat jelas dan mudah dirasakan apabila kita melihat masyarakat kota setiap akhir pekan pergi ke tempat yang lebih sejuk, hijau, dan tinggi seperti ke pegunungan yang sering dilakukan masyarakat DKI Jakarta menuju Puncak Bogor sekalipun untuk jangka waktu satu hari pulang pergi.

Menurut data International Energy Agency (IEA), penyumbang emisi karbon dunia pada 2021 paling banyak berasal dari Tiongkok dan Amerika Serikat, yakni mencapai 11,94 gigaton CO2. dan 4,64 gigaton CO2. Kemudian diikuti Uni Eropa 2,71 gigaton CO2, dan India 2,54 gigaton CO2.

Ekonomi hijau, energi baru terbarukan, dan beragam nama lain terus dikampanyekan karena melihat begitu besar dampak negatif yang ditimbulkan apabila jumlah dan kualitas polusi udara yang semakin meningkat salah satunya kenaikan biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengurangi emisi, polusi itu sendiri.

Indonesia salah satu negara yang masih dalam kategori berkembang sulit untuk mengalokasikan dana untuk memperbaiki alamnya, tidak seperti negara maju yang memiliki beragam paket kebijakan untuk menjaga alamnya atau safety net yang sangat melimpah. Karena negara berkembang lebih memprioritaskan dana APBN nya untuk membiayai sektor pendidikan, membangun jalan dan jembatan ketimbang membeli 1 milyar bibit tanaman baru yang dapat dipergunakan untuk ditanam di seluruh Indonesia.

Indonesia memang wajib menjaga alamnya. Tetapi hal ini menjadi tidak adil apabila Indonesia ditekan tanpa bantuan dana yang cukup untuk menjaga alamnya yang sangat luas. 

Mengingat Indonesia bukan penyumbang emisi karbon yang besar didunia, seharunya Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, dan India sebagai penyumbang gas emisi karbon terbesar turut serta mendukung pemerintah Indonesia dengan berbagai upaya yang signifikan dan berkelanjutan bukan dalam bentuk utang. 

Pemerintah Indonesia juga wajib menjaga, mengelola, dan membuat peraturan tegas agar bantuan tersebut tidak di korupsi atau disalahgunakan oleh siapapun.

Segala aktivitas bisnis dan perdagangan yang terjadi setiap hari semuanya berasal dari alam, apabila alam tersebut rusak akan sangat tinggi biaya yang harus ditanggung oleh pemerintah diseluruh negara. 

Sudah tak terhitung bencana alam dan nyawa yang hilang akibat kelalaian dalam menjaga alam. Penggalian bekas tambang yang ditinggalkan begitu saja, banjir bandang akibat pembalakan hutan, mencairnya es dikutub utara dalam jumlah besar karena pemasanan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun