Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Mudah Sirna ketika Dianggap Tak Berguna

16 Juni 2022   05:56 Diperbarui: 16 Juni 2022   06:05 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah adat Suku Sunda yang jarang ditemui (Foto: kompas.com)

Saya tinggal di desa yang tidak lagi memegang adat budaya leluhur. Bisa dikatakan jika desa tempat saya lahir dan dibesarkan sebagai desa "tanggung". Sudah menghilangkan banyak unsur tradisional di dalamnya namun belum bisa disebut desa industri.

Akan ada konsekuensi ketika hidup di tengah situasi demikian. Saya menjadi lupa bahkan tidak tahu sama sekali budaya tradisional warisan leluhur. Sekaligus, belum siap menghadapi zaman yang mengarah pada era industrialisasi apalagi digitalisasi.

Kaum muda di sini merasakan efek melupakan budaya itu hingga susahnya mendapatkan penghasilan. Ketidakmampuan bertahan di tengah kemelut zaman menjadi ciri umum generasi di desa kami. Jangankan bisa beradaptasi, sekedar mengikuti kemana zaman mengarah terasa begitu susah.

Dan, karena itu pula saya mulai "tersentak" jika selama ini menganggap remeh budaya leluhur. Hal yang bersifat tradisional sudah dianggap tidak berguna. Kebiasaan orang lama harus ditinggalkan segera.

Ada kesombongan pada generasi masa kini.  Menganggap jika orang dahulu dianggap sebagai generasi yang tidak maju. Budaya pendahulu masih dianggap sebagai bentuk romantika masa lalu yang hanya berguna bagi masa lalu. Sedangkan masa kini hanya dipahami oleh orang yang hidup di hari ini.

***

Realitanya, orang masa kini pun banyak yang kebingungan menghadapi perubahan yang bertubi-tubi. Di satu sisi, orang yang berpegang teguh pada tradisi dianggap kolot, konservatif atau ortodok. Namun di sisi lain, orang yang melepaskan tradisi belum sanggup menunjukan keunggulan untuk bersaing pada hari ini.

Pijakan berpikir orang yang mengandalkan kebermanfaatan memang menentukan apakah suatu adat budaya harus dipertahankan atau ditinggalkan. Ketika sudah dinggap tidak bermanfaat maka unsur budaya itu hilang dengan sendirinya.

Apabila Clyde Kay Maben Kluckhohn dalam Universal Categories of Culture (1953) membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau kultural universal, maka di desa saya hanya tersisa unsur bahasa yang bisa dipertahankan. Alasannya, karena bahasa masih dianggap berguna untuk percakapan sehari-hari.

Ketujuh unsur budaya universal yang dimaksud meliputi:
1. Sistem bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem organisasi kemasyarakatan
4. Sistem teknologi
5. Sistem ekonomi
6. Sistem religi
7. Sistem kesenian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun