Di depan pintu rumah, sering ada seekor kucing yang numpang tidur atau sekedar berjemur. Tidak setiap hari, tetapi bukan hanya sekali. Terkadang, si jantan dengan corak kuning belang-belang atau si betina kelabu bermata hampir biru.
Namanya juga kucing kampung, mereka pikir setiap rumah adalah rumahnya juga. Saya jadi bertanya, "kenapa mereka tidak membangun sarang layaknya hewan lain?".
Sebelum menulis artikel ini, pikiran saya dihantui banyak pertanyaan tentang apa peran kucing di dunia ini? Karena, si kucing terkadang membuat saya kesal tetapi juga terkadang menggemaskan.
Jika saya mengusir seekor kucing yang "bertandang" ke rumah maka esok lusanya kembali lagi. Numpang berak dan mencuri makan malah, terlintas untuk memukulnya tetapi agama melarangnya. Jika si kucing datang sebagai tamu, lalu kenapa dia membuat saya kesal.
Baca juga : Cat Lover Pasti Paham Rasanya Jadi Babu Kucing!
Tidak jarang si kucing, yang belum akrab pun, mendekat dan menggosokan badannya ke kaki dengan manja. Antara kelaparan dan ingin diajak bermain, memang sulit dibedakan. Yang pasti, si kucing seakan bagian dari keluarga karena saya harus menganggarkan waktu, tenaga dan makanan untuk mereka. Huh.
***
Jika si kucing tercipta untuk menemani manusia, apa letak keistimewaannya. Prestise? Bukan juga karena kucing kampung harganya jelas murah. Atau mengusir tikus? Belum tentu juga karena tidak semua kucing pintar berburu tikus. Bahkan ada kucing yang ogah makan daging tikus. Manja.
Jika si kucing jadi sumber kebahagiaan, di rumah saya malah menyusahkan. Apalagi si kucing di rumah saya tidak sengaja dipelihara tetapi datang sendiri dan melakukan "kreatifitas" hidupnya di sekitaran rumah.
Baca juga :Kucing dalam Aktivitas Pariwisata
Tetapi, saya juga kadang berpikir apa jadinya jika tidak ada kucing di rumah? Apakah mumi kucing para Firaun bisa ditemukan? Atau, Tom and Jerry tidak akan pernah tercipta untuk menghadirkan ceria di rumah kita.