Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Burung Bukan Hama Padi Buat Kami

25 April 2020   06:37 Diperbarui: 25 April 2020   06:34 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung di sawah yang terlihat indah. (Dokpri.)

Bapa saya, sejak dahulu tidak pernah memasang pengusir burung di areal pesawahan. Meskipun, jumlah burung tidak sedikit beterbangan sambil sesekali hinggap di bulir-bulir padi. Bagi Bapa, biarlah itu menjadi sedekah.

Cara kami menanam padi memang masih tradisional. Jarang sekali pesawahan disemprot dengan pestisida atau insektisida. Pupuk kimia pun ditaburkan dengan takaran minimal, selebihnya ditambah pupuk kandang. Memang, produktifitas padi tidak selalu bagus tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai musim selanjutnya.

Ruwak masih nyaman berkeliaran meskipun musim tanam belum dimulai. (Dokpri.)
Ruwak masih nyaman berkeliaran meskipun musim tanam belum dimulai. (Dokpri.)
Maka dari itu, pesawahan dekat rumah jadi habitat para burung. Mulai dari burung emprit yang bergerombol hingga ruak dan ayam-ayaman yang lebih suka sendirian. Mereka datang ke sawah dekat rumah, tidak hanya untuk makan tetapi juga untuk melestarikan keturunan.

Kalau musim menanam padi, sepasang ruak datang dan bertelur di sana. Suaranya riuh rendah jika si jantan merayu betina. Karena itu, tetangga pun tertarik untuk menangkapnya. Sayang.

Tetapi, kali ini diganti dengan  burung ayam-ayaman yang sering bermalam di sana. Kalau pagi menjelelang, suaranya menenangkan. Begitu terasa jika alam kami masih terjaga.

Karena para burung senang hidup di pesawahan, ayam peliharaan pun tidak mau ketinggalan. Sepanjang siang mereka menyusuri barisan padi demi menikmati serangga-serangga yang penuh gizi.

Jika petani lain suka mengusir ayam yang masuk pesawahan, maka Bapa saya malah memanfaatkannya untuk mengusir belalang dan teman-temannya.

***

Si emprit (pipit) dengan populasi tertinggi dan terkesan menguasai. (Dokpri.)
Si emprit (pipit) dengan populasi tertinggi dan terkesan menguasai. (Dokpri.)
Sawah, buat kami, malah menjadi habitat alami bagi kelestarian alam dimana luasnya sudah berkurang di sana-sini. Ada filosofi berbeda yang dianut oleh Bapa saya ketika menanam padi.

Selain buat makan anggota keluarga, padi buat kami juga untuk menghidupi makhluk penghuni bumi. Karena mereka juga hidup kami menjadi lebih bermakna.

Para tikus kami biarkan hidup agar ada kucing yang bertahan hidup. Ular pun betah berlenggak-lenggok di sawah. Sawah bukan hanya padinya yang dijadikan hasil, tetapi suasananya menjadi terapi alami.

Karena, jika menanam padi seperti menjalan mesin industri kelestarian alam tidak mungkin terjadi. Apalagi, saya tidak bisa menjalankan hobi fotografi karena objeknya sudah tidak ada lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun