Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Masih Ampuhkah Agama Menjadi Bahan Kampanye?

30 Juni 2019   06:42 Diperbarui: 30 Juni 2019   10:02 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agama memang menjadi cara kita untuk mengekspresikan isi hati. Agama menjadi daya untuk mengungkit semangat dari menyemangati diri pribadi hingga menyemangati orang untuk memilih di Pemilu. Namun masih relevankah?

***

Saya tidak akan menulis seperti seorang analis politik berpengalaman. Anggap saja ini isi pikiran saya ketika memperhatikan begiti riuh-rendahnya masalah perpolitikan kita beberapa hari ini.

***

Agama, sangat sensitif sehingga bisa ampuh mengerek popularitas para politisi. Apakah politisi itu mempunyai sikap keberagamaan yang kuat atau sekedarnya saja, agama akan tetap dimainkan.

Saya menyebutnya dengan 'dimainkan', karena kita melihatnya hanya sekedar opini tanpa aksi nyata. Maksudnya, agama harus bisa menyelesaikan masalah ummatnya. Tentu saja, para pemangku agama akan mendapat tempat di hati masyarakat apabila  berbuat nyata.

Masalah negara tidak akan jauh dari masalah agama. Memanjakan rakyat bisa melalui pendekatan agama, menekan rakyat juga dengan menggunakan agama.

Sebenarnya, masalah agama yang bersangkut paut dengan politik sudah terjadi sejak zaman Orde Lama. Saya masih ingat, ketika belajar Sejarah di sekolah. Di Pemilu 1955 ada banyak partai berlabelkan agama. Tentu saja untuk meraup suara, semua berlomba-lomba.

Hanya saja, apakah pertentangannya harus sampai pada tingkatan "dosa vs pahala"? Apalagi pertentangan itu sudah membahas "neraka vs surga"!

Label agama semakin dikuatkan dengan simbol-simbol agama yang ditahbiskan pada pasangan Capres-Cawapres. Labeling ini sangat "lebay", kalau menurut saya. Bagaimana tidak, pertentangan ini sudah tidak memasukan logika lagi pada berpolitik. Tapi, semata-mata karena "rasa"...

Ketika labeling agama ditahbiskan pada Capres-Cawapres maka ada kekhawatiran Indonesia ini akan menjadi negara agama. Walaupun itu kekhawatiran yang berlebihan juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun