Suatu sore, Abdul mahasiswa semester tiga jurusan Ekonomi merasa bingung. Tugas dosennya menuntut analisis tentang peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah. Ia sudah mencari di internet, namun informasi yang ia temukan bertebaran, tidak terarah, bahkan kadang sulit dipahami. Hingga akhirnya seorang teman mengajaknya ke Perpustakaan BI Jawa Tengah. Di sanalah Dina menemukan jawaban yang ia cari. Koleksi buku, jurnal, hingga e-resources tentang moneter, perbankan, dan ekonomi begitu lengkap. Tak hanya itu, ruang diskusi dan seminar yang sering diadakan membuat teori terasa nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sejak saat itu, Perpustakaan BI Jateng menjadi rumah kedua baginya.

Peran perpustakaan ini sangat luas. Pertama, ia menjadi pusat pengetahuan ekonomi dengan koleksi buku, jurnal, dan e-resources yang membahas moneter, perbankan, serta sejarah ekonomi Indonesia. Kedua, perpustakaan ini juga berfungsi sebagai ruang diskusi dan edukasi melalui seminar, workshop, dan kegiatan literasi lainnya yang melibatkan pakar maupun praktisi. Ketiga, sebagai fasilitator pembelajaran digital, Perpustakaan BI Jateng menyediakan e-library dan layanan daring sehingga pengetahuan dapat diakses tanpa batas ruang dan waktu. Keempat, perpustakaan ini menjadi jembatan antara BI dan masyarakat, menyampaikan kebijakan yang kompleks dengan cara yang sederhana, transparan, dan mudah dipahami oleh generasi muda.
Perjalanan Dina menjadi contoh nyata transformasi yang lahir dari perpustakaan ini. Awalnya ia hanya datang untuk menyelesaikan tugas kuliah. Namun setelah rutin berkunjung, Dina bergabung dalam program Book Club. Dari sana ia belajar tentang kebijakan BI terkait inflasi dan sistem pembayaran. Topik yang awalnya terdengar rumit perlahan menjadi jelas, bahkan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kini, Dina bukan hanya mampu menjelaskan teori dengan baik, tetapi juga aktif membagikan pengetahuannya kepada teman-teman. Ia bahkan membuat konten singkat di media sosial tentang literasi ekonomi. Apa yang dulu menjadi kebingungan, kini justru berubah menjadi kebanggaan.
Data dari Google Trends juga memperkuat pentingnya peran perpustakaan ini. Pencarian terkait literasi keuangan selalu lebih tinggi dibandingkan pencarian spesifik tentang perpustakaan. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat lebih besar pada tema literasi ekonomi secara umum. Maka, strategi yang tepat bagi Perpustakaan BI Jateng adalah mengaitkan branding-nya dengan literasi keuangan agar bisa menjangkau audiens yang lebih luas.
Dalam menyampaikan pesannya, Perpustakaan BI Jateng menggunakan gaya komunikasi yang edukatif namun ramah, inspiratif, dan relatable bagi anak muda. Bahasa yang digunakan sederhana, tidak kaku, sehingga pembahasan ekonomi yang biasanya rumit dapat dipahami dengan mudah. Pendekatan ini membuat perpustakaan tidak hanya menjadi ruang baca, melainkan juga ruang tumbuh generasi muda yang ingin memahami ekonomi dan kebanksentralan secara lebih dekat.
Kini giliranmu untuk merasakan manfaatnya. Jangan biarkan literasi ekonomi hanya menjadi wacana. Kunjungi Perpustakaan BI Jateng, rasakan langsung atmosfer belajar yang modern, koleksi yang lengkap, serta kegiatan yang inspiratif. Atau, jika belum sempat datang langsung, mulailah dari rumah dengan mengakses e-library BI. Jadilah bagian dari gerakan #BijakKelolaRupiah, karena masa depan ekonomi bangsa dimulai dari literasi kita hari ini.
Perpustakaan BI Jateng bukan hanya ruang baca. Ia adalah jendela menuju pemahaman kebanksentralan, ruang belajar sekaligus ruang berjejaring, serta pusat literasi yang membekali generasi muda untuk menghadapi dunia ekonomi yang dinamis. Seperti Dina, kita semua bisa bertransformasi. Dari rasa penasaran kecil, lahirlah pengetahuan besar yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI