[caption id="attachment_156155" align="aligncenter" width="640" caption="Ketua Koperasi Telaga Biru, Joni Fitra, sedang melaporkan kemajuan koperasi yang dipimpinnya di depan Rapat Anggota Tahunan (RAT)."][/caption] Arisan keluarga merupakan sebuah acara rutin dalam komunitas sosial di tanah air. Esensi dari acara arisan ini lebih kepada upaya mempererat tali silaturrahmi daripada sistem tabungan bergulirr (arisan). Untuk mendorong seluruh keluarga arisan hadir, biasanya diadakan undian untuk menentukan pemenang tabungan bergulir pada bulan itu. Demikian pula halnya dengan komunitas Minang yang merantau ke Aceh Tengah, masing-masing keluarga yang berasal dari tepi Danau Maninjau itu membentuk organisasi ikatan keluarga berdasarkan nama kampungnya. Salah satunya adalah Ikatan Keluarga Sigiran (IKS) yang anggotanya adalah masyarakat asal Sigiran Maninjau yang telah lama bermukim di Aceh Tengah. Keberadaan IKS sebagai wahana untuk menjalin silaturrahmi antar saudara sekampung, sekaligus sebagai organisasi sosial yang tujuannya membantu anggota di perantauan. Awalnya, kegiatan IKS terfokus kepada acara arisan keluarga dan pengajian. Kemudian, sejak 1 Agustus 1997 dari sebuah acara arisan keluarga bermetamorfosis menjadi sebuah koperasi yang bernama Telaga Biru. Pada hari ini, Minggu (15/1), mereka baru saja menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang dihadiri oleh 81 anggota keluarga masyarakat Sigiran. Suasana acara ini cukup meriah, ada Minang percussion (tambur), ada tarian anak-anak yang lucu-lucu, ada juga tarian piring yang cukup menawan. Sangat kental sebagai sebuah acara keluarga, tetapi disana mereka berbicara tentang koperasi dan sisa hasil usaha 2011. Saya diundang ke acara RAT koperasi ini sebagai salah seorang peninjau. Acara itu berlangsung di sebuah gedung yang bernama kantor Koperasi Telaga Biru, Tetunyung Takengon Aceh Tengah. Hebatnya, walaupun usia koperasi ini baru 14 tahun, ternyata mereka sudah memiliki gedung sendiri yang berfungsi sebagai kantor koperasi sekaligus sebagai balai pertemuan keluarga sekampung. Dari laporan yang disampaikan Joni Fitra, ketua Koperasi Telaga Biru, pinjaman yang beredar di seluruh anggota koperasi ini mencapai Rp.500 juta lebih. Dari uang beredar sebesar itu, koperasi ini berhasil meraih sisa hasil usaha (SHU) sebesar Rp. 82,3 juta. Hal yang paling membanggakan, pada tahun 2010 koperasi ini memperoleh peringkat II tingkat kabupaten, dan peringkat III tingkat Provinsi Aceh. Hasil bincang-bincang dengan Joni Fitra, dia mengungkapkan bahwa anggota yang meminjam uang dari koperasi itu umumnya digunakan untuk usaha jualan cendol dengan gerobak dorong, jual kasur dengan sepeda, termasuk beberapa pedagang kelontong yang berjualan ke desa-desa pada hari pekan. Dengan pinjaman dari koperasi ini, mereka bisa berusaha untuk menghidupi keluarganya, bahkan ada yang bisa membuka lapangan kerja untuk yang lain. [caption id="attachment_156157" align="alignleft" width="300" caption="Anggota Koperasi Telaga Biru dihibur dengan tarian oleh remaja putri, anak anggota koperasi."]