Mohon tunggu...
Muhammad Siddiq Ilyas Lubis
Muhammad Siddiq Ilyas Lubis Mohon Tunggu... Guru - Penerima Beasiswa LPDP Luar Negeri 2021

Mengeksplor sains, mengungkap rahasia semesta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lupa karena Tidak Memperhatikan

30 November 2022   12:00 Diperbarui: 30 November 2022   12:05 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika berbicara dengan teman, seringkali tidak benar-benar memperhatikan apa yang dikatakan. Image : freepik.com

Ketika berada di sebuah ruangan, misal di ruang belajar, anda sedang serius mempersiapkan ujian wawancara ke Universitas. Kemudian melihat gelas kosong di tepi meja anda, lantas ingin membuat segelas kopi sembari mengambil waktu rehat. Tanpa berpikir panjang, anda menuju dapur sambil memikirkan tips dan trik wawancara yang anda pelajari.

Ketika sampai ke dapur, anda terdiam dan tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Anda benar-benar lupa apa tujuan sebenarnya ke dapur, setelah itu mencoba kembali ke tempat belajar dan mengingat-ingat apa yang akan dikerjakan. 

Saat melihat gelas kosong, anda  menyadari bahwa anda ingin membuat kopi tapi terlupa membawa gelas tersebut ke dapur. Kejadian ini pasti pernah dialami banyak orang. Apa kalian pernah mengalami hal tersebut? Jika ya, penyebabnya adalah ketidakpedulian kita dalam memperhatikan sesuatu, perencanaan maupun janji yang pernah diucapkan, bahkan apa yang anda baca. Disini kita akan mengupas, bagaimana kita bisa memperhatikan sesuatu agar mengingat apa yang kita inginkan.

Proses mengingat pada manusia terdiri dari Sensory Memory, Short-Term Memory, dan Long-Term Memory. Berikut contoh lain yang bisa menjelaskan proses mengingat pada manusia. 

Misalkan anda pergi ke sebuah cafe, ketika mengambil tempat duduk anda langsung membuka buku yang telah dibawa dari rumah. Saat sedang membaca, anda mendengar sebuah lagu dan  ikut menikmatinya. Proses ini adalah Sensory Memory (Auditori). Kemudian, anda mendapatkan informasi mengenai pemanasan global yang dampaknya benar-benar terjadi seperti di negara Inggris, Portugal, dan Spanyol. Dengan mengetahui hal tersebut, anda mencari informasi melalui smartphone apa yang sebenarnya terjadi. Anda mengingat peningkatan suhu di London yakni 29 derajat celcius. Anda mengingat angka tersebut dan masuk ke dalam Short-Term Memory. Memori ini memiliki durasi waktu yang pendek lebih kurang 30 detik saja.

Setelah sekian lama mencari, anda mulai tertarik mengapa suhu tersebut adalah suhu terpanas yang pernah terjadi. Anda mulai menguliti satu-persatu penyebab cuaca ekstrem dan mendapati bahwa anda adalah salah satu penyebab kerusakan alam. Mengendarai motor, penggunaan bahan CFC yang tinggi, dan penyebab kebakaran di lahan-lahan yang dihuni hewan-hewan langka adalah kerusakan yang telah diperbuat. Anda terenyuh dan menyadari kesalahan tersebut. Tingkatan emosional ini masuk ke dalam Long-Term Memory anda. Dari sini memori jangka pendek telah ditransfer ke memori jangka panjang. Semakin baik usaha kita menghubungkan informasi baru dengan informasi yang ada, semakin besar kemampuan kita mengingatnya

Sebenarnya, orang-orang bisa saja mengingat apapun yang mereka inginkan tergantung bagaimana cara memvisualisasikan, merumuskan, atau membuatnya menjadi benar-benar berarti. Contohnya saja, pelajaran yang kita anggap rumit: matematika dan fisika. Seluruhnya terkonsep menggunakan persamaan-persamaan yang telah diturunkan dari persamaan dasar. Hukum Newton tentang dinamika gerak yang digunakan untuk menemukan percepatan mesin katrol atau mesin Atwood. Sebagian siswa menghafalnya, dan melupakannya setelah ujian selesai. Namun, ada yang dapat mengingatnya dalam jangka panjang karena mereka benar-benar merasakan kehadiran spirit yang luar biasa ketika berhasil menurunkan persamaan dari awal hingga dapat diterapkan sesuai dengan soal yang tersedia.

Bagaimana ini bisa terjadi? Mereka berusaha membayangkan sistematika setiap persamaan dan juga memahami setiap besaran fisika (percepatan, momentum, dan gaya).  Ingat kata Prof Albert Einstein "Imagination is importance than knowledge, knowledge is limited but imagination encircles the world". Selain kita banyak membaca, imajinasi adalah elemen terpenting dalam menggambarkan ide-ide di dalam buku dan menghubungkan pola-pola terbaru buah dari pemikiran manusia. Lain halnya, jika mencoba menghafal dan terus menghafal tanpa memaknai sebuah ilmu maka ia akan terkubur dan sangat sulit untuk menggalinya keluar dari kepala kita. Maka metoda terbaik bukanlah belajar dengan metode sistem kebut semalam melainkan rutinitas yang kita bangun sejak dini, 30 menit hingga 1 jam perhari adalah pembelajaran yang ideal.

Kembali ke cerita dimana anda akan membuat segelas kopi. Mulai saat ini, memperhatikan setiap apa yang akan anda lakukan walaupun terlihat sepele. Anda bisa mengambil beberapa saat saja sebelum membuat segelas kopi. Anda bisa mengulang-ngulang dalam hati "saya ke dapur untuk membuat segelas kopi" atau membayangkan diri anda berada di dapur sedang membuat segelas kopi. Sederhana namun butuh penyesuaian walau waktu yang dibutuhkan lebih banyak sebelum melakukannya.

referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun