Percaya atau tidak percaya, orang yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan memiliki spirit sabar yang lebih tinggi ketimbang bulan lain.
Hal ini terbukti dari pengalaman saat kuliah dengan dosen galak. Saat itu, sebenarnya dari awal kuliah menurut penulis, kelas akan dibubarin dan dialfa semua sebab kondisi kelas yang agak kurang kondusif.
Kalau sebelum Ramadhan, satu mahasiswa saja yang berbuat onar, bisa berefek diomeli panjang lebar bahkan diancam absesn satu kelas di alfa (kosong).
Nah, entah tidak tahu kenapa, padahal sepandangan penulis sudah ada 2-3 indikator parah, "waduh, ini orang pasti marah, sebab si A ramai." Begitu ucap dalam hari penulis.
Tetapi ternyata, diluar dugaan ternyata si dosen sama sekali tidak menunjukkan 'mode galaknya'. Dan itu bisa dipastikan karena bulan Ramadhan ini.
Ya beliau hanya menegur sekali dan tidak marah. Menurut penulis ini adalah fenomena aneh dan langka. Dan sebenarnya jika mau dibuat penelitian bisa menarik untuk dibaca, sesuai judul tulisan kali ini.
Benar, orang segalak-galaknya di dunia, kalau sudah bertemu pada bulan Ramadhan itu pasti terpaksan harus kalem. Mengapa demikian? Sebab kalau tetap menunjukkan kegalakan (bisa diartikan marah besar), maka akan mengurangi pahala dalam jumlah banyak.
Akan sangat sayang jika yang sabda Nabi Muhammad berkata jika 1 hari di bulan Ramadhan itu sama dengan 1000 tahun, orang yang marah kehilangan pahala sebesar itu.
Opsi yang lain, orang marah mungkin terpaksa menyimpan dendam dan akan marah besar diluar Ramadhan. Mungkin kata hatinya, marah di luar Ramadhan tidak menjadi soal sebab dosanya kecil.
Kita juga perlu tahu, selain pahala amalan di bulan Ramadhan itu dilipatgandakan, ternyata berbuat dosa pun juga dilipatgandakan.
Tidak ingin kan bulan Ramadhan yang mulai ini dimana kita yang seharusnya panen pahala banyak, malah justru panen dosa yang banyak, sebab ketidakwaspadaan kita akan dosa kecil?